Ayah dari delapan ini melihat, keberadaan ponpes-nya perlu pengembangan lahan, dan pada 2014 ia membeli lahan yang hijau-asri, berhawa sejuk, di lingkungan perbukitan yang letaknya dekat jalan
raya di Nagari Palupuah Nan Tujuah, Palupuah.
”Lahan itu saya beli dengan dana sendiri yang bersumber dari gaji saya, dengan nilai Rp85.000 per hektare. Begitu semangatnya ia telah membuat perencanaan pembangunan ponpesnya, karena keterbatasan dana ia baru bisa membangun dua unit asrama semi permanen untuk santri putri, sedangkan yang untuk putera baru satu bangunan yang terletak di luar kompleks ponpesnya, dan ini pun disewa dari penduduk setempat.
Bangunan itu mulai ditempati pada pertengahan tahun 2019. “Kami membutuhkan dua unit asrama untuk putri lagi, dan juga dua unit asrama untuk putera,” katanya. Selain asrama, saat ini yang begitu mendesak adalah pembangunan musholla dan ruang belajar, serta pengaspalan jalan menuju ponpes.
Khusus jalan, pihaknya menyatakan terima kasih kepada Den Zipur TNI AD Payakumbuh yang telah membantu mendatangkan alat berat untuk meratakakan tanah di areal ponpes tersebut.
”Kami mengimbau masyarakat yang mau jadi donatur, terutama untuk pembangunan musholla yang sedang kami bangun. Semoga semua amalannya dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT,” katanya. (soesilo abadi piliang)