Agam, Ragam  

Kisah Aiptu Defri Aziz Sukses Dirikan Pondok Pesantren

Aiptu Defri Aziz dan isteri di depan asrama santri putri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Al-Falah. (soesilo abadi piliang)

 

PALUPUAH – Di luar kedinasan anggota Polri tak melulu berurusan dengan masalah kriminal, ada pula diantara mereka yang taat beribadah. Bahkan berdakwah di tengah masyarakat untuk menyampaikan ajaran Islam.

Salah satu anggota Polri yang menjadi ustadz itu, yakni Aiptu Defri Aziz,53, Komandan Sentral Pelayanan Kepolisian pada Polsek Palupuah, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam.

Kereligiusan Defri tidak hanya ditunjukkan dengan sikapnya sebagai pecinta masjid dan suka berdakwah, namun juga berhasil mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Al-Falah. Ponpes tersebut dibangun sejak tahun 2004, sebelumnya berlokasi di gedung lama di kawasan Gadut, Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, dan tahun ini telah pindah di lahan seluas 8,5 hektare di Nagari Palupuah Nan Tujuah, Palupuah, Agam.

Dalam perbincangannya dengan Singgalang di “markasnya” di Ponpes Darlum Ulum Al-Falah, beberapa waktu lalu, mengisahkan tentang latar belakang ia mendirikan ponpesnya itu.

Defri menuturkan, setiap manusia punya sisi kelam. Demikian pula dirinya. Saat masih lajang dan bertugas sebagai anggota kepolisian pada Polresta Bukittinggi, pada tahun 1995 ia menjajal bisnis sebagai pengusaha di bidang hiburan. Ia menjadi pemilik usaha cafe, diskotik dan karaoke di Gadut, Bukittinggi. Usaha itu menyatu dalam gedung yang cukup megah di jalur trans Suma¬tera Bukittinggi-Medan.

Bisnisnya maju dengan pesatnya, karena banyaknya tamu yang datang untuk minum, berkaraoke dan menghabiskan malam mereka di diskotik, dan untungnya Defri menyadari bahwa bisnisnya itu telah mengundang kemaksiatan.

“Saya mendapatkan banyak rupiah yang tidak sedikit dari bisnis itu. Saya punya banyak uang, dan apa saja bisa saya beli. Tapi apa yang saya peroleh itu tidak berkah,” ucap pria asal Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar.

Di tengah kebimbangannya itu, tanpa diduga dirinya bertemu dengan salah satu warga di Pintu Kabun, Bukittinggi pada awal tahun 2000. Namanya Inyiak Balok. “Beliau itu bertanya kenapa sebagian masjid itu lengang? Dan tidak banyak orang menjadi pecinta masjid,” kata Defri.

Mendengar hal itu dirinya tertegun, dan berupaya mencari jawaban dari persoalan itu. Sejak itulah ia rajin mendatangi masjid dan melihat mengapa sedikit sekali orang meramaikan aktivitas masjid. 

Selanjutnya, ia bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh. Setahun kemudian, saat dirinya dimutasikan ke Polsek Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, belajar mendalami agama Islam, melakukan dakwah dari satu masjid ke masjid yang lainnya.

Dalam satu bulan dirinya minta izin ikut pengajian. Saat itu Kapolres AKBP Bambang sempat meminta intel kepolisian untuk menyelidiki aktivitas dirinya dan para Jamaah Tabligh. “Ya, saya tahu diri saya selalu dimata-matai oleh intel, tapi saya tidak takut karena saya melakukannya (dakwah) di jalan Allah SWT,” ujar Defri.