Agam  

“Kota” Lubuk Basung Bisa Lebih Bersih Jika…..

Oleh M.Khudri/Wartawan Singgalang dan Top Satu Online

Kata kota untuk Lubuk Basung dalam tanda petik pada judul tulisan ini disebabkan karena Lubuk Basung memang belum bisa disebut kota jika indikatornya adalah ketersedediaan sarana dan prasarana kota seperti Padang, Bukittinggi, Payakumbuh dan kota lainnya di Sumatera Barat.

Tapi tulisan ini tidak membahas indikator kota atau ciri sebuah kota sebagaimana anggapan publik, dimana Lubuk Basung belum lancar dilidah publik dengan sebutan kota Lubuk Basung walaupun jika disebut kampung atau desa sudah jauh terlampaui.

Akan halnya problem kota-kota yang kurang diurus serius oleh pemerintah dan warganya yaitu soal kebersihan, Lubuk Basung juga mengalami masalah itu. Ingin tahu kita indikator kekurang bersihan itu silakan berjalan pagi pagi, bisa saja sepanjang jalan raya dari Simpang Tiga sampai ke Usang Lubuk Basung, atau ke arah pusat pemerintahan di Padang Baru. Lihat bandar-bandar yang airnya mengalir tapi dihambat oleh sumbatan sumbatan sampai di beberapa tempat.

Jika warga kota olah raga joging di area GOR Lubuk Basung, maka akan melihat sampah berserakan disana sini. Apalagi jika kita mampir ke sebuah bangunan sebelah selatan lapangan sepak bola, sebuah bangunan kakus yang sangat kumuh dengan tambahan bau busuk menyengat akan kita jumpai.

Itulah salah satu cuplikan indokator kekurang bersihan lingkungan “kota” Lubuk Basung. Kekurangbersihan itu tentu saja berhubungan langsung dengan kesadaran warganya yang masih ada buang sampah tidak pada tempatnya. Di sepanjang jalan raya Lubuk Basung, masih terdapat oknum warga yang buang sampah kering dan basah kedalam bandar. Sekali sekali, ada yang buang bangkai ayam, kucing dan anjing, walau kasus bangkai masuk bandar sudah jauh berkurang dibanding 10 tahun lalu.

Di sekitar GOR Lubuk Basung yang menjadi taman kota yang cukup banyak dikunjungi warga terutama hari Sabtu dan Minggu perlu menjadi perhatian khusus. Sebagian pengunjungi membuang sampah secara serampangan, diantara pengunjung duduk santai sambil makan minuman ringan di tempat tempat yang disediakan, lalu pergi meninggalkan sampah.

“Kota” Lubuk Basung yang sebenarnya sangat bisa dibersihkan jika , pertama warga kota memiliki semangat menjaga kebersihan. Tak ada lagi hendaknya warga yang buang sampah ke bandar bandar yang airnya mengalir deras baik di pinggir jalan utama maupun jalan kelas IV mulai dari Balai Ahad sampai Padang Baru. Warga hendaknya menyedia tempat sampah rumah masing masing dengan memilah sampah basah dan sampah kering.
Sikap menjaga kebersihan juga harus dimiliki oleh warga yang berkunjung ke taman kota, jangan ada hendak nya seorang pun yang buang sampah tidak pada tempatnya.

Kedua, tingkatkan peranan pemerintah kabupaten terutama dinas yang bertanggungjawab menjaga dan memelihara kebersihan kota apakah dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Pariwisata. Biasanya dinas dinas ini selalu tolak menolak untuk ambil tanggung jawab kebersihan ini padahal semua OPD terkait memiliki peran.

Dinas PU memastikan tak ada sumbatan dranaise dan bandar termasuk memperbaiki yang runtuh dan rusak, Dinas Lingkungan Hidup menanggulangi sampah dan pariwisata dari sisi keindahan nya.

Pemerintahan kecamatan Lubuk Basung tidak bisa berpangku tangan saja, mereka bisa terus menerus melakukan sosialisasi, himbauan himbauan dan membuat pengumuman menjaga kebersihan baik dengan membuat spanduk spanduk, papan plang pengumuman bahkan surat surat edaran ke masjid dan surau. Ini sangat mungkin dilakukan oleh pemerintahan kecamatan, apalagi camat nya Hidayat seorang tiktoker dan yutuber.

Ketiga, Gencarkan Sosialisasi. Untuk sosialisasi tidak hanya tanggungjawab pemerintahan kecamatan saja, tapi harus dilakukan oleh semua pejabat. Bupati Andriwarman dan wakilnya Irwan Fikri itu sering sering lah jalan jalan pagi keliling kota, lihat dan sapa lah masyarakat, ingatkan untuk jaga kebersihan dan yang pasti bupati bisa langsung perintah anak buah atau OPD terkait eksekusi masalah kebersihan.