Cerita Praktik Baik Selama Pandemi dari Pendidik Indonesia

Iwan Ardhie Priyana, Guru SMP Negeri 1 Nagreg di Jawa Barat, (posisi kiri-red) yang menjadi salah satu narasumber dalam Fellowship Jurnalis Pendidikan angkatan IV. Ist

PADANG-Pandemi Covid-19 tak saja memberi dampak negatif bagi kehidupan, namun juga membawa perubahan drastis untuk banyak hal. Salah satunya proses belajar mengajar. Dimana sebelum pandemi, PBM lebih banyak berkutat di lingkungan sekolah. Lalu saat pandemi, PBM beralih ke rumah dengan pola yang jauh berbeda dibanding ketika situasi normal.

Para guru yang tak biasa dengan hal tersebut kalang kabut menyiapkan materi. Namun sebagian guru lain justru memanfaatkan suasana pandemi untuk melakukan perubahan luar biasa.

Iwan Ardhie Priyana, Guru SMP Negeri 1 Nagreg di Jawa Barat, mengaku tidak siap mendidik siswanya dengan berbagai kerumitan di masa wabah Covid melanda negeri. Kondisi itu membuat dia harus memutar otak agar proses belajar mengajar tetap berjalan sesuai harapan.

“Selama ini proses belajar mengajar berlangsung di ruangan tertutup. Lalu datang pandemi yang mengharuskan anak-anak belajar di rumah. Kami para guru kaget dan gagap menghadapi kondisi itu. Dari sana saya mulai berpikir bagaimana mempersiapkan proses belajar anak di rumah tanpa harus mengurangi makna pembalajaran di sekolah,”terang Iwan yang menjadi salah seorang nara sumber dalam webinar program Fellowship Jurnalis Pendidikan (FJP) Batch IV, Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) awal pekan lalu.

Lalu dia pun teringatkan dengan sebuah pesan dalam buku yang pernah dia baca. Di buku itu dituliskan tentang pendidikan di Finlandia dengan mata pelajaran keluarga. Sekolah di Finlandia mengajarkan cara mencuci, membuat kue atau membantu pekerjaan orangtua di rumah. Pelajaran itu dilakukan dalam satu semester. Tujuan pembelajaran keluarga tersebut untuk mendidik siswanya menjadi orang mandiri ketika tamat dari sekolahnya.

“Buku itu menjadi inspirasi saya dalam menerapkan proses belajar mengajar saat pandemi. Pembelajaran yang diajarkan dalam buku yang saya baca sangat relevan dengan program Kementerian Pendidikan Merdeka Belajar. Sebuah proses pembelajaran yang bermakna bagi anak,guru dan orangtua,” terang Iwan.

Kemudian Iwan membuat sebuah rancangan tentang pembelajaran kehidupan. Membuat materi antara praktik pembelajaran di rumah dengan materi bahasa Indonesia, mata pelajaran yang dia kuasai.

Iwan pun membuat sebuah rancangan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sesuai dengan buku yang pernah dia baca. Ketika anak-anak kembali ke rumah mereka harus menjadikannya tempat sebagai belajar, sama seperti di sekolah.

“Lalu saya kaitkan antara pembelajaran di rumah dengan mata pelajaran yang saya ajarkan yakni materi bahasa Indonesia. Mata pelajarannya pembelajaran kehidupan. Isinya bukan lagi tentang materi yang selama ini mereka dapatkan di sekolah. Materi yang dibuat tentang kegiatan sehari-hari di rumah,” terangnya.

Materi yang dibuat dalam diagram sederhana untuk enam hari. Dihari pertama siswa diminta mencuci pakai sendiri. Kemudian mereka menuangkan apa yang dikerjakan dalam narasi. Bagaimana proses mencuci dari awal hingga akhir. Dihari kedua, siswa diminta menonton sebuah film tentang sosial distansing. Mereka kembali diminta membuat narasi dari pesan film yang ditonton dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tentang manfaat menjaga jarak agar terhindar dari wabah Covid-19.

“Siswa juga diminta untuk menyampaikan pesan atau makna dari film yang mereka tonton agar Covid tidak menjangkiti orang-orang di sekitar mereka,” terang pria yang pernah mengikuti Teachers Program Development di Adelaide Australia itu.

Dihari ketiga, siswa belajar tentang kebersihan di rumah dan lingkungannya. Dari sana mereka belajar bagaimana membantu orangtua agar rumah tetap bersih dan sehat. Mereka lagi-lagi diminta menuangkan pekerjaan yang dilakukan dalam sebuah narasi.Hari ke-empat anak diminta belajar berempati. Caranya dengan berkumpul bersama orangtua. Siswa bertanya tentang susah senang dalam mencari nafkah.