Cerita Praktik Baik Selama Pandemi dari Pendidik Indonesia

Iwan Ardhie Priyana, Guru SMP Negeri 1 Nagreg di Jawa Barat, (posisi kiri-red) yang menjadi salah satu narasumber dalam Fellowship Jurnalis Pendidikan angkatan IV. Ist

“Hal ini menjadi masalah bagi saya karena pada akhirnya saya belajar assesment. Makna assesment itu adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui update kondisi murid untuk membuat treatment. Tujuannya membantu proses belajar murid dan pada akhirnya untuk mencapai kompetensi,” terangnya.

Apa yang ada dipikiran Lilik, disampaikannya pada kepala sekolah. Beruntung sang kepala sekolah memiliki pemikiran yang sama dengannya. Mereka memulai pembelajaran baru tanpa menggunakan buku, namun melakukan aktivitas yang sesuai dengan kondisi anak sekolah dasar (SD). Ia kemudian mengenalkan tentang sebuah aturan didalam rumah.

“Projectnya kami namakan menjadi polisi aturan di rumah. Anak-anak diajarkan untuk merumuskan sendiri, disisi mana mereka akan berperan menjalankan aturan secara konsiten dan penilaian dari guru dilakukan dengan dibantu orang tua murid, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna,” sebutnya.

Menurutnya,anak-anak jika diajak apapun, pasti merespon dengan senang. Lilik dan kepala sekolahnya ingin merubah pembelajaran dari kebiasaan mengerjakan soal pada buku, dimana dengan buku, anak-anak biasanya tidak belajar untuk mencapai kompetensi.

Sementara, penilaian dari tugas yang diberikan pada anak dilihat dari kondisi rumah sebelum dan sesudah diberikan tugas. Apakah mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya atau tidak. Dalam hal penilaian, guru melibatkan para orangtua. Penilaian dilakukan tidak sehari semata tapi satu bulan.

Virandy Putra, Guru SMA Negeri 1 Sijuk, Bangka Belitung (posisi kanan-red).Ist

Belajar Lewat Medsos

 

Praktik baik proses belajar mengajar selama pandemi juga disampaikan Virandy Putra, Guru SMA Negeri 1 Sijuk, Bangka Belitung. Berbeda dengan Iwan dan Lilik, dia tetap konsisten menggunakan buku disertai penggunakan media sosial.

Penggunaan media sosial dalam proses belajar mengajar dilakukan Virandy merujuk pada data Tanoto Foundation 2020, saat pandemi melanda dunia. Data itu menunjukkan sebanyak 47 persen siswa merasa kurang senang belajar di rumah. Alasannya karena begitu banyak tugas yang diberikan oleh gur. Belajar di rumah terasa membosankan bagi sebagian siswa.

Lalu dia pun mencari cara bagaimana menjalankan proses belajar mengajar yang disukai siswanya. Sistem pembelajaran menggunakan aplikasi instagram jadi pilihannya.