Cerita Praktik Baik Selama Pandemi dari Pendidik Indonesia

Iwan Ardhie Priyana, Guru SMP Negeri 1 Nagreg di Jawa Barat, (posisi kiri-red) yang menjadi salah satu narasumber dalam Fellowship Jurnalis Pendidikan angkatan IV. Ist

“Dalam hal ini orangtua adalah sebagai narasumber bagi anak,dengan bertanya pada orangtua diharapkan muncul empati dari anak, bagaimana susahnya orangtua mereka mencari nafkah untuk keluarga,” beber Iwan lebih jauh.

Dihari kelima,anak diminta belajar memasak. Permasalahan muncul pada anak yang tidak bisa memasak. Bagi mereka yang bisa memasak mengantarkan pada orangtuanya yang bekerja di sawah.

Dan dihari ke-enam anak diminta menuliskan refleksi tentang hal yang sudah dilakukan selama di rumah. Pengalaman mereka dituangkan dalam sebuah buku yang akan dinilai diakhir semester. Proses belajar tersebut memberikan perubahan besar bagi siswa. Itu dibuktikan dengan ungkapan yang disampaikan para oranngtua. Mereka bahagia karena anak-anaknya membantu pekerjaan di rumah.

“Sebenarnya tidak hanya membantu semata tapi mereka juga menjalani proses belajar. Apa yang dikerjakan suatu cara yang baik,tentang bagimana guru memberikan materi pada siswanya agar proses belajar mengajar menjadi bermakna,”sebut Iwan.

Li’lli Nur Indah Sari, seorang guru di Kabupaten Tangerang, Banten. Dia menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek (project based learning) untuk murid kelas 1 dan 2.

Pembelajaran Berbasis Proyek

Cerita lainnya tentang praktik baik para guru selama pandemi Covid-19 juga disampaikan Li’lli Nur Indah Sari, seorang guru di Kabupaten Tangerang, Banten. Dia menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek (project based learning) untuk murid kelas 1 dan 2.

Diawal menerapkan pembelajaran berbasis proyek dia mengaku binggung, harus mulai dari mana. Mengingat yang diajar adalah anak-anak yang baru mengalami peralihan untuk proses belajar mengajar.

“Awalnya saya bingung dari mana harus memulai proses belajar berbasis proyek yang akan diterapkan. Sebab anak yang akan saya bimbing adalah anak kelas 1 dan 2,” sebut Lilik.

Dijelaskannya, pembelajaran berbasis proyek memanfaatkan apa yang ada di rumah murid masing-masing. Misal membantu membersihkan rumah usai bermain, menggantung handuk usai menggunakannya dan hal lain yang bisa membantu orangtua.

Jauh sebelum pandemi, dia sudah lama merasakan keresahan pembelajaran anak-anak, yang hanya menghabiskan isi buku pelajaran dan diujungnya anak diminta mengerjakan soal-soal pelajaran. Hal ini menjadi masalah baginya, karena selama ini tidak bisa menghantarkan murid untuk mencapai kompetensinya.