Padang  

Tim DW PNP dan Tengsawer 83 Distribusikan Bantuan Saat Longsor Sitinjau Laut

PADANG -Tim Dharma Wanita Politeknik Negeri Padang (DW PNP) dan Tengsawer 83 berhasil mendistribusikan bantuan sandang dan pangan ke wilayah bencana di Kabupaten Tanah Datar dan Agam meskipun longsor berulang di Sitinjau Laut memaksa mereka mempersingkat kunjungan, Jumat (17/5).

“Alhamdulillah, kita berhasil mendistribusikan bantuan ke Bukit Batabuah, Sungaipua, Rambatan, Lima Kaum, Parambahan, Pincuran Tujuah, dan Panti. Kawasan Sungai Jambu agak sukar kita akses hari ini karena 4 jembatan di sana putus dan jalannya pun mendaki.

Orang-orang di Padang sudah menyarankan kami untuk segera pulang, dikarenakan kondisi alam yang belum stabil”, terutama setelah menyebarnya informasi longsor berulang Sitinjau Laut sekitar pukul dua siang tadi”, demikian Ketua DW PNP, Nofriza Zainyar selaku kepala rombongan menjelaskan.

Rombongan dengan sebutan “Tim Tageh” ini terdiri dari 6 orang perempuan. Meski tergabung dalam DW PNP karena sebagian suami mereka adalah karyawan PNP, mereka memiliki profesi sendiri.
Personil Tim Tageh terdiri dari Nofriza Zainyar (Penari/ Ketua DW), Febriani (Penyanyi), Sri Nita (Instruktur Yoga), Nurmawilis (Pustakawan), Yuhedmi Noeva (Motivator) dan Fitri Adona (pekerja kreatif).

Di Nagari Parambahan, Tim mendapati Richi Aprian, Wakil Bupati Tanah Datar dan Anton Yondra, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tanah Datar mendampingi warga. Kepada Tim, Richi menjelaskan, saat ini mereka fokus pada pencarian korban bencana banjir bandang bersama TNI Polri, relawan, dan warga dengan menggunakan alat berat.

Masyarakat dihimbau untuk menjauhi daerah bantaran sungai, terutama yang berhulu dari Puncak Marapi dan melapor secepatnya jika ada perkembangan terkini tentang bencana meskipun seluruh Satgas PB Nagari dan Pemerintahan Nagari membantu proses evakuasi, imbuh Yondra.

Mengutip Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Suharyanto, Richi melaporkan juga, jumlah korban jiwa akibat bencana banjir lahar di Sumatera Barat (Sumbar) sudah mencapai 67 orang. Jumlah korban bertambah setelah tim gabungan pencarian menemukan jenazah warga di sejumlah titik di lokasi terdampak.

Diperkirakan masih terdapat 20-an orang warga lagi yang dilaporksn hilang, di samping 40-an orang korban luka-luka dan menjalani perawatan, dan 980-an keluarga mengungsi ke posko darurat karena rumah mereka dihantam banjir bandang.

Yondra merinci, kerugian sementara kabupaten Tanah Datar akibat banjir bandang meliputi 70-an unit rumah rusak berat, 120-an rusak sedang, belasan rumah hanyut, belasan rumah rusak ringan, dan 20-an jembatan rusak. Korban luka-luka 20 orang, korban hilang 12, korban meninggal dunia 21 orang, dan sarana perdagangan 20 unit. Lahan persawahan terdampak diperkirakan mencapai 350 ha dan hewan ternak (kambing/sapi) 40-an, rumah ibadah dan fasilitas pendidikan masing-masing 1 unit, irigasi 30-an unit, kendaraan roda dua rusak/hilang kurang dari 120-an unit, dan roda empat 50-an unit.

Galodo di kawasan ini terjadi pada Sabtu (11/5) malam dipicu banjir lahar hujan dari Gunung Marapi. Mengutip saran Mensos Risma yang berkunjung sehari sebelumnya, titik pengungsian masyarakat di Masjid Ubudiyah Parambahan dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Lokasi sekarang dianggap masih berada di jalur lahar dingin yang cukup mengancam. Selain jalur lahar dingin, terdapat juga sejumlah titik likuifaksi ‘tanah padat yang sewaktu-waktu bisa saja menjadi lahar dingin’ yang harus dihindari karena apabila terangsang, likuifaksi yang selama ini diam akan bergerak.

Meskipun kabupaten ini mendapat bantuan 20 ton beras yang diserahkan secara simbolis oleh Menteri Pertahanan Purn. Letjen TNI Prabowo Subianto kepada Bupati Tanah Datar Eka Putra di Padang, sehari sebelumnya, Tim DW PNP juga menyerahkan beberapa karung beras, rendang, pampers bayi dan lansia. Sementara dari Tengsawer 83 (sebutan untuk alumni SMP 5 Padang) melalui Fitri Adona juga diserahkan pakaian layak pakai dan peralatan ibadah serta makanan dan minuman instan.

Anggota Tim, Sri Nita membenarkan, salah satu penyebab bencana kemungkinan besar adalah pelanggaran dengan membangun, merambah hutan, menambang dan berkebun di kawasan hutan lindung dan hutan konservasi karena di kawasan terdampak banyak ditemukan kayu gelondongan, di sebagian daerah terdampak juga sesekali tercium bau menyengat.

“Kemungkinan Tim bakal datang lagi jika kondisi kondusif, tidak hanya untuk memberikan bantuan sandang dan sembako tapi juga healing ‘penyembuhan psikologis’ pada korban terdampak, terutama anak-anak, kata Sekretaris Himpunan Pegiat Yoga Sumbar ini.(006)