Bagan yang Masih Beroperasi di Singkarak Akan Ditenggelamkan

Seorang aparat menertibkan keramba di kawasan Danau Singkarak. Ist

PADANG-Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar bersama jajaran terkait telah melakukan penertiban bagan di sekitar kawasan Singkarak beberapa waktu lalu. Hanya saja, saat ini sebagian nelayan kembali beroperasi, mencari ikan bilih di sekitar danau tersebut.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Yosmeri, mengatakan pihaknya akan melakukan tindakan tegas atas sikap pemilik bagan yang telah melanggar aturan tersebut.

“Kami sudah berulang kali melakukan pendekatan dan peringatan kepada pemilik keramba. Kali ini mereka kembali beroperasi setelah dilakukan pembersihan bersama aparat beberapa waktu lalu. Kalau tidak indahkan juga, maka kami akan melakukan tindakan tegas,” kata Yosmeri, Selasa (15/10).

Disebutkannya, tindakan tegas yang dia maksud, yakni dengan menenggelamkan keramba yang pemiliknya tidak taat aturan tersebut.

Saat ini, pihak DKP Sumbar sedang menunggu data dan segala surat menyurat dari Pemerintah Nagari/Desa setempat. Karena sebelum melakukan tindakan, perlu diketahui jumlah dan apa alasan pemilik keramba nekat kembali beroperasi.

Dijelaskan Yosmeri, tujuan pemerintah tidak memberi izin mendirikan bagan di Danau Singkarak, sebagai upaya penyelamatan populasi ikan bilih, yang kini mulai berkurang. Sebab sistem menangkap ikan yang dilakukan dengan bagan, amat merusak perkembangan ikan bilih.

“Pemilik bagan menangkap ikan bilihnya sampai terbawa yang kecil-kecilnya. Jika dibiarkan, bisa habis ikan bilih di Danau Singkarak ini. Karena sama-sama kita ketahui, bahwa ikan bilih itu hanya ada di Danau Singkarak, dan satu-satunya ada di Sumatra Barat ini,” ucapnya.

Yosmeri menyebutkan, sejak ada bagan yang menangkap ikan di sepanjang Danau Singkarak, persentase ikan bilih di sana mengalami penurunan hingga 80 persen. Bahkan ketika dilakukan razia terdahulu, untuk mencari ikan satu kilogram saja sangat sulit, sebab volume ikan yang terus mengalami penurunan.

“Ikan bilih kini populasinya tinggal sedikit. Kondisi ini ternyata berimbas kepada masyarakat yang mengantungkan hidupnya dari pengolahan ikan bilih. Mereka sulit untuk mencari ikan bilih, untuk dibuat berbagai makanan khas Danau Singkarak,” tegasnya.

Ditambahkanya, saat ini ada sekitar 5.000 nelayan tradisional yang menggantungkan ekonomi hidupnya ke Danau Singkarak. Ikan bilih merupakan ikan khas yang ada di danau tersebut. Kini, nelayan tradisional dihadapkan dengan adanya nelayan bagan.

Ia berharap, Danau Singkarak tidak seperti Danau Maninjau, yang kini jumlah kerambanya mencapai angka sekitar 21.000, dan jumlah keramba yang seperti itu dapat mengganggu danau.

Kapasitas semestinya hanya sekitar 6.000. Untuk itu, diminta kepada pengguna bagan dan seluruh komponen masyarakat bisa menjaga danau.

Dinas Kelautan dan Perikanan juga menyinggung tentang tata ruang yang ada di sekitar Danau Singkarak, agar ditata lebih baik lagi. Masyarakat diimbau agar tidak membangun rumah di kawasan danau, karena selain dapat menutup pemandangan ke arah danau, juga dikhawatirkan limbah rumah tangga mengganggu populasi ikan yang ada di dalam danau. 107