Cegah dan Hadapi Aksi Radikal Terorisme Sebelum Menbesar dan Memakan Korban

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono (Sachril Agustin Berutu/detikcom

Hendri Nova
Wartawan Topsatu.com

Suasana wirid remaja akhir pekan di Mushalla Miftahul Jannah, Belimbing Padang, terasa lebih hangat dan semarak dari pekan-pekan sebelumnya. Topik tentang terorisme menjadi topik hangat, karena selalu menyasar generasi muda sebagai korbannya.

Ustadz Adi yang memiliki banyak teman di TNI-Polri, menjadi narasumber yang sangat menarik bagi remaja. Apalagi beliau sangat menguasai topik, sehingga pembicaraan berlangsung seru dan penuh rasa ingin tahu.

“Satu yang harus anak-anak ingat, bahwa Islam sangat mengharamkan membunuh jiwa manusia tanpa hak. Hak yang dimaksud disini, hak untuk membunuh yang hanya dimiliki oleh orang memiliki hak qisas, orang yang terancam jiwanya, dan dalam peperangan hidup dan mati.

Sementara membunuh orang tidak berdosa, baik itu orang awam atau aparat keamanan sekalipun, haram hukumnya. Inilah yang dilakukan remaja-remaja dan orang-orang yang otaknya telah dicuci, sehingga mau melakukan bom bunuh diri.

Padahal dalam Islam, bunuh diri itu haram hukumnya dalam kondisi apapun juga. Bahkan dalam peperangan sekalipun, seorang pejuang tidak memiliki alasan bunuh diri, demi untuk mempercepat kematiannya. Yang ada hanya perjuangan sampai mati, baik mati langsung di tangan musuh, maupun mati karena luka-luka yang diderita,” terang Ustadz Adi.

Seorang remaja, yang memperkenalkan dirinya bernama Dodi, mengangkat tangan dan dibalas dengan kata silahkan oleh Ustadz Adi.

“Silahkan nanda Dodi, mau bertanya apa,” kata Ustadz Adi.

“Dari keterangan Ustadz tadi, berarti orang yang melakukan bom bunuh diri itu telah melakukan perbuatan yang salah, karena tidak dibenarkan dalam Islam ?” katanya.

“Iya, benar. Karena tindakannya ini tidak pernah dicontohkan sejak zaman Rasulullah SAW. Jadi jangan coba-coba mengikutinya,” tuturnya.

Ustadz Adi kemudian menerangkan akan adanya kelompok-kelompok manusia yang mencari makan dengan adanya aksi-aksi radikalisme dan terorisme. Mereka makan dari menipu anak-anak muda dan orang-orang yang mudah dicuci otaknya, dengan berkedok agama.

Ia berpesan pada para remaja, jika bertemu kelompok-kelompok yang mendoktrin membunuh nyawa manusia tanpa hak, segera keluar dari kelompok itu, karena pasti mereka akan dikorbankan kapan mereka butuh. Bagi mereka, remaja-remaja seperti itu adalah mesin ATM yang bisa mengeluarkan uang kapan mereka inginkan.