Cegah dan Hadapi Aksi Radikal Terorisme Sebelum Menbesar dan Memakan Korban

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono (Sachril Agustin Berutu/detikcom

“Maka dari itu, tuntutlah ilmu dari ustadz-ustadz yang mencari makan secara halal. Jangan pada ustadz gadungan yang dapat makan dengan mengorbankan nyawa remaja-remaja yang mudah dicuci otaknya,” tuturnya.

Sasaran Kelompok Radikal

Apa yang dikatakan Ustadz Adi banyak benarnya, karena memang selama ini yang tertangkap dengan dugaan terorisme, rata-rata masih berusia muda. Rentang usia mereka 17-40 tahun dan rata-rata remaja yang tidak mendapatkan ilmu agama yang mumpuni sedari kecil.

Mereka adalah remaja-remaja yang belajar agama kadang hanya pada kelompok-kelompok tertentu di media sosial. Sayangnya mereka menjadi fanatik dan menutup diri dari belajar pada kelompok lainnya yang bisa menyeimbangkan ilmu baru yang mereka dapat.

Terbaru ikut di tangkap di Sumatera Barat (Sumbar) satu terduga teroris berinisial AD yang disebut termasuk kelompok Anshor Daulah Sumbar.

“AD alias S Parewa alias Abu Singgalang termasuk dalam kelompok Anshor Daulah Sumatera Barat,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono, dalam keterangan tertulis yang dikutip dari detikcom, Minggu (8/11/2020).

AD ditangkap bersamaan dengan lima terduga teroris lainnya yang ditangkap di Lampung, dan Batam.

Sebelumnya juga sudah ditangkap 9 terduga teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Padang, Sumatera Barat. Penangkapan seluruh tersangka dilakukan pada 21-27 Juli 2020 lalu.

Cegah Aksi Radikal dan Terorisme

Untuk memutus mata rantai yang dibentuk kelompok radikal dan kelompok teror, maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Pelajaran ilmu agama tentang bunuh diri dan jihad harus diajarkan sejak dini.

Mulai dari keluarga, sekolah, hingga tempat-tempat ibadah. Anak-anak harus diingatkan, agar jangan tergiur dengan bujukan-bujukan orang-orang yang mencari keuntungan dari darah dan nyawa orang lain.