Wujudkan Generasi Ranah Minang Bebas Narkoba

Josra Maidi

Sementara sebab yang melatarbelakanginya, terkait nilai-nilai yang dianut tidak terbentuk dengan baik. Dapat melawan orangtua, sekolah atau lingkungan sosial, secara umum ketidaktahuan kurang informasi aktual tentang bahaya penyalahgunaan alkohol dan NAPZA.

Selain itu juga terkait masalah fisik dan emosional, untuk mengatasi sakit, stres dan ketegangan untuk mempercepat dan tanpa perlu kerja keras memperoleh peningkatan energi fisik dan atau mental.

Dampak neurologis NAPZA yakni adanya gangguan yang menyerang bagian otak dan sistem saraf. Penderita akan sulit konsentrasi, pola sentrasi di otak, gangguan memori jangka panjang dan pendek, tremor, gangguan ejakulasi/frigid, gangguan nafsu makan, dan gangguan tidur.

Sementara dampak psikologis yang ditimbulkann NAPZA mencakup gangguan perilaku, obsesi kompulsif, agitasi, depresi, krisis percaya diri, delusi, halusinasi, dan gangguan orientasi seksual.

Lalu apa yang menyebabkan pelaku jadi sulit berhenti ? Penyebabnya bisa pada kepribadian yang immature (tidak matang), konflik yang tidak selesai, tingkat percaya diri, motivasi rendah, faktor lingkungan, kurangnya dukungan sosial, kurangnya pemahaman agama, kurangnya informasi tentang dampak NAPZA.

Untuk mengatasi itu semua, peran keluarga dan pendidikan sangat dibutuhkan. keluarga dan sekolah harus belajar memahami, karena permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit keluarga.
Pemulihan merupakan proses perjalanan perubahan, mulai dari cara berpikir dan bersikap.
Keterlibatan keluarga, sekolah dan Kampus dalam proses pemulihan ketergantungan narkoba merupakan suatu keharusan guna menunjang keberhasilan proses terapi dan rehabilitasi.

Bila seseorang menjadi korban penyalah guna dan atau pecandu narkoba, maka kondisi ini akan reaksi terhadap perilaku anggota keluarga lain, atau sebaliknya, perilaku korban penyalah guna dan atau pecandu narkoba akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya

Keinginan sembuh bagi korban penyalahgunaan narkotika tidak selalu datang dari dalam diri sendiri dan dalam pengobatan medis juga tidak selalu berhasil oleh karena itu dukungan keluarga diperlukan dalam proses pemulihan.

Keluarga adalah benteng pertama sekaligus benteng terakhir dari penanganan narkoba sampai tuntas. Keluarga sebagai benteng pertama telah kita pahami bersama karena terkait dengan peran dan fungsi lembaga keluarga yang memang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai fungsi pendidikan karakter bagi setiap anggota keluarga.

Namun, tentang keluarga sebagai benteng terakhir mungkin masih banyak yang belum memahami. Terlebih lagi bagi keluarga korban narkoba. Berhasil tidaknya program terapi dan rehabilitasi narkoba pada seorang pasien sangat tergantung dari dukungan keluarga dan komitmen keluarga.

Ada kalanya, seorang pasien yang dinyatakan sudah bersih dapat kembali ke jurang narkoba, ketika keluarga tidak mempercayai komitmen si korban atau justru malah memberi label kepadanya.