Tradisi Barantam, Bupati Agam Sembelih Sapi dan Kerbau

LUBUK BASUNG – Dua ekor ternak masing masing satu ekor sapi di nagari Bawan dan satu ekor kerbau di nagari Tiku Selatan disembelih bupati Agam DR. Andriwarman Minggu (1/5) ini.

Kedua ternak itu milik warga, disembelih dalam rangka “barantam” suatu tradisi menutup Ramadhan sekaligus menyambut hari raya Idul Fitri.

Karena menghadiri acara barantam itu, maka bupati didaulat masyarakat menyembelih salah satu ternak yang akan dibantai. Bahkan Andriwarman menyempatkan diri menjadi tukang jagal daging sapi dan kerbau yang sudah disembelih.

Barantam, adalah salah satu budaya Minangkabau yang masih dipelihara oleh masyarakat di Agam , khususnya Agam Barat seperti Lubuk Basung, Ampek Nagari, Palembayan dan Tiku.
Warga berkelompok yang terdiri dari 30 orang sampai 60 orang untuk membeli seekor sapi atau kerbau untuk disembelih. Daging ternak dalam kegiatan yang juga disebut ” mambantai” itu setelah dikeluarkan semua biaya dibagi rata untuk anggota yang ikut patungan.

Sapi dibantai pagi hari menjelang subuh. Karena ini adalah suatu tradisi, maka bupati hadiri prosesinya, sekaligus didaulat warga menjadi tukang sembelih.

Walaupun menyembelih ternak besar besar ini pengalaman pertama bupati, namun kedua hewan itu pasrah saja sehingga penyembelihan berhasil.
“Ini pengalaman pertama saya menyembelih sapi dan kerbau , saya senang ” kata Andriwarman.

Karena mambantai ternak dengan istilah barantam ini suatu tradisi, maka ia perlu untuk dilestarikan. Bahkan, bupati berniat mengabadikan proses tradisi mambantai dalam sebuah buku.

“Ini kekayaan budaya kita, baru kali ini saya melihat tradisi ini,”katanya.

Plt. Kadis Pertanian Kabupaten Agam, Emrizal mengatakan, tradisi mambantai ternak dengan cara barantam hanya ada di Agam bagian Barat. Berapa ekor sapi yang dibantai warga jelang lebaran ini, tak ada penjelasannya. (M.Khudri)