Korban Pengeroyokan Itu Rindu Sekolah

RN, menjalani perawatan instensif di RSUP M. Djamil Padang, pasca pengeroyokan yang terjadi beberapa bulan lalu. Ist

PADANG-Ujian akhir tingkat SLTP di Sumatera Barat telah selesai diselenggarakan. Jauh di sebuah korong di Kabupaten Padang Pariaman, RN, 16 tahun, seorang anak laki-laki jolong gadang menyelesaikan soal demi soal di rumahnya sendirian. Ingin sekali dia ujian bersama teman-teman sekelas. Sayang, secara psikis dia belum siap. Sebab pasca mengalami pengeroyokan mentalnya belum pulih.

Bayangan orang-orang yang mengeroyoknya masih terekam jelas dibenaknya. Dia takut peristiwa itu kembali terulang dan dirinya kembali jadi bulan-bulan pelaku yang tak lain adalah teman satu sekolah dengannya.

“Anak wak ingin bana masuk sekolah. Tapi inyo takuik basuo jo kawan-kawan nan mangaroyoknyo, (Anak saya sangat ingin sekolah lagi. Tapi dia takut bertemu samaa kawan-kawannya yang mengeroyok),” kata JS, ibunda korban, kepada Singgalang, belum lama ini

Trauma mendalam juga masih dirasakan siswa SLTP Negeri di Ulakan Tapakis Padang Pariaman itu, tatkala dia mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya. Dia akan bersembunyi. Ketika itu JS dan keluarga yang lain berusaha menenangkan RN yang ketakutan. Diceritakan JS, buah hatinya tersebut mendapat perlakukan yang tak manusiawi dari teman satu sekolahnya yang berjumlah enam orang.

Pengeroyokan yang terjadi di lingkungan sekolah itu, bermula ketika sepeda motor anaknya tak berada di areal parkir. Lalu RN, mencari sepeda motornya dan bertanya kepada salah seorang siswa yang sering membullynya di sekolah. Bukannya dijawab malah RN dipukul, ditendang, dicekik secara ramai-ramai oleh enam siswa.

Tak sampai di situ, seragamnya juga dikencingi dan dilumuri kotoran manusia. Sungguh, biadab!

Akibat pengeroyokan, RN harus menderita patah tulang dipersendiannya. Dia sempat koma sampai akhirnya bisa melewati masa kritis.Pihak kelurga pun memperlihatkan laporan polisi No : STPL/15.a/II/2022/PolsekNanSabaris/PolresPadangparaiamn/PoldaSumbar. Surat itu tertanggal 16 Maret 2022.

Pihak keluarga pun memperlihatkan vidio dan foto-foto ketika anaknya dirawat karena sejumlah persendiaannya patah.

“Ketika dirawat dokter bilang, anaknya berkemungkinan cacat seumur hidup. Saya sangat cemas ketika itu. Seiring berjalan waktu, kondisi tulangnya terus membaik. Sebelum ini dia harus dibantu saat hendak duduk dan ketika berdiri. Sekarang tinggal menghilangkan trauma akibat di keroyok saja. Kemana-mana dia harus dijaga dan ditemani. Mandi saja dia takut dan harus ditemani,” beber JS.

Jauh sebelum dikeroyok, RN sering dibully oleh pelaku pengeroyokan yang juga seorang anak yang dianggap penting di kampungnya. RN pernah meminta pindah sekolah pada ibunya, namun sang ibu menganggap itu hal biasa. Sampai akhirnya peristiwa naas itu menimpa anaknya.

“Menyesal saya tidak mengabulkan permintaannya yang ingin pindah sekolah. Andai kata saya mendengar keluhannya dari awal, mungkin kasus ini tidak terjadi,” sesalnya.

JS, berharap kondisi anaknya cepat pulih dan bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang SLTA. Di lain sisi dia juga berharap para pelaku pengeroyokan mendapat hukuam setimpal atas perbuatan yang mereka lakukan. Sebab sampai saat belum ada kejelasan kasus dari pihak kepolisian setempat.