Diduga Menjual Satwa Dilindungi, Warga Payakumbuh Ditangkap Polisi

Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Satake Bayu didampingi Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono, Rabu (9/3) saat menggelar konferensi pers di Polda Sumbar.(deri)

PADANG – Polda Sumatera Barat bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, menangkap pelaku yang diduga melakukan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup.

Pelaku tersebut berinisial “MIH” alias I (27), warga Perumahan Balai Nan Tuo Permai Blok H, Kelurahan Padang Tangah Payobadar, Payakumbuh Timur, Payakumbuh. Tersangka ditangkap di kediamannya, Senin (7/3) sekitar pukul 22.30 WIB.

“Barang bukti yang diamankan 6 ekor Manouria Emys atau Baning Coklat, dalam keadaan hidup, dan 350 (tiga ratus lima puluh) ekor Sarettochelys Insculpta atau Labi-Labi Moncong Babi dalam keadaan hidup, serta satu unit handphone merk redmi warna hitam,” kata Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Satake Bayu didampingi Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono, Rabu (9/3) saat menggelar konferensi pers di Polda Sumbar.

Satake Bayu mengatakan, penangkapan pelaku tersebut berdasarkan informasi dari masyarakat terkait adanya kegiatan menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup.

Selanjutnya, tim gabungan dari Ditreskrimsus Polda Sumbar bersama Gakkum BKSDA Provinsi Sumatera Barat pada hari Senin tanggal 07 Maret 2022 bergerak untuk menindak lanjuti informasi tersebut dengan cara melakukan penegakan hukum terhadap pelaku.

“Sekira pukul 22.00 WIB petugas menemukan kediaman tersangka MIH I yang berada di Perumahan Balai Nan Tuo Permai Blok H No 2 Kelurahan Padang Tangah Payobadar Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat, dan didalam kediaman tersangka, petugas menemukan beberapa satwa yang disimpan yang mana diantaranya merupakan satwa liar yang dilindungi,” kata Satake Bayu.

Dikatakan, pelaku dan barang bukti dibawa ke Polda Sumbar untuk diamankan dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk modus operandi yang dilakukan pelaku adalah memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup secara illegal.

“Pelaku melanggar Pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,” tutupnya.(109)