Benang dan Pena yang Menantang Jalan Hidup

Silvia Piobang bersama sang ibu tercinta Suryati. dok silvia

Belajar dan terus belajar dilakukan Silvia dengan berbagai pelatihan merajut. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti melalui berbagai media sosial.

Perjalanan Silvia dalam menjalankan harinya sebagai perajut pemula tidak berjalan mulus. Sebab beberapa kali dia sempat mendapat penolakan di beberapa tempat pelatihan. Orang memandang sebelah mata kemampuannya. Silvia tidak menyerah. Dia kuatkan dirinya dengan yakin, bahwa dia pasti bisa bila terus belajar dan berusaha.

Berkat kegigihan dan dorong luar biasa dari amaknya, Silvia berhasil menjadi perajut dengan karya-karya mengagumkan. Mulai dari tas, sepatu, jilbab dan aneka aksesoris lain

Harga rajutan buatan tangan Silvia dijual beragam seperti jilbab Rp250 ribu per helai, tas rajutan mulai dari Rp60 ribu hingga Rp500 ribu, peci rajut Rp45 ribu, dompet kecil Rp45 ribu, sepatu Rp250 ribu hingga Rp1 juta. Ada lagi baju rajut dijual Rp250 ribu hingga Rp400 ribu.

Hari-hari Silvia terus gemilang sejak dia bergabung dalam sejumlah komunitas disabilitas. Seperti PPDI DAN HWDI. Kini dia juga bergabung di UKM binaan dinas pariwisata, koperasi, disnakerin, perdagangan, perindustrian, RKB BNI. Sejak saat itu dia merasa tidak lagi sendiri. Sebab begitu banyak orang dengan ketidaksempurnaan namun tetap optimis menjalani hidup. Ketika belajar hingga fokus ke rajutan dia punya dua mentor. Mereka adalan Mai, owner rajutan Zhafira, kemudian Ucce Arniria Kesuma, guru kelas sepatu rajut.

Melihat karya dan kemampuannya dalam merajut, sejak beberapa tahun belakang Silvia mulai diminta sebagai instruktur merajut. Harinya makin berwarna. Optimistis diri kembali muncul, sebab dia mampu berbagi ilmu dengan banyak orang di berbagai daerah. Jelang akhir Oktober 2019, dia diminta menjadi salah satu nara sumber di kampung halamannya Piobang Kota Payakumbuh. Suatu kebanggaan bagi Silvia berbagi ilmu di kampung sendiri.

Kini dan ke depannya, Silvia akan terus berbagi, memotivasi kaum disabilitas. “Keterbatasan bukan berarti membatasi diri untuk berkarya. Mari kita bangkit dan berkarya. Jangan terus larut dalam keterpuruk. Kita pasti bisa,” kata perempuan pemilik Brand Silvia Piobang Handycraft ini.

Tanpa Tangan

Jika Silvia Piobang harus kehilangan fungsi dua kakinya, Tiara Anita Putri , gadis muda belia asal Tanah Datar ini kehilangan dua tangan. Tragedi hidup mengharuskan dua tangannya diamputasi. Itu cara terbaik menurut dokter untuk menyelamatkan hidup Tiara, pasca terkena sentruman listrik di rumahnya.

Tak terkatakan. Sungguh, ini peristiwa amat berat. Dua tangan harus dibuang. Seketika bumi serasa runtuh.

Tiara tak kuasa melihat dua tangannya yang terpanggang akibat setruman listrik, dia pingsan berulang kali. Peristiwa naas jelang akhir tahun 2012, mengubah takdirnya yang dulu beranggotakan tubuh sempurna kini menyandang status disabilitas.