Ritno Kurniawan Jadikan Air Terjun Nyarai Terkenal, Pembalak Liar Jadi Pemandu Wisata

Kebulatan tekadnya untuk pulang kampung mengabdi di tanah kelahiran, karena melihat potensi wisata yang dimiliki sangat luar biasa. Ia tidak ingin potensi luar biasa itu menjadi sia-sia dan tak bisa memberi manfaat bagi orang kampungnya.

Berjuang Meyakinkan Orang Kampung

Niat baiknya untuk membangun pariwisata di kampung, bukan tanpa halangan dan jelas tidak bisa diterima dengan mudah oleh warga. Apalagi bagi warga yang pekerjaannya menebang pepohonan di hutan, ide Ritno bisa jadi petaka bagi mereka, bisa membuat periuk nasi mereka tertelungkup ke bumi.

“Akhirnya saya mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di kampung. Dengan penuh kejujuran saya yakinkan mereka, bahwa saya akan melibatkan penuh masyarakat bersama saya membangun kampung. Alhamdulillah, semuanya menjadi lebih mudah,” ungkap sulung dari empat saudara ini lagi.

Usai mendapat lampu hijau, pada April 2013, ia dibantu beberapa warga, mulai mengelola Air Terjun Nyarai. Untuk promosi, ia menggratiskan biaya-biaya pada pengunjung. Dengan telaten ia melatih 15-23 masyarakat untuk menjadi pemandu wisata.

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengunjung, ia pun mulai memungut biaya jasa yang terjangkau dengan kantong siapa saja. Untuk tracking contohnya, ia hanya memungut biaya Rp20 ribu dan kemping Rp40 ribu.

Ia dan tim terus berjibaku memperkenalkan wisata minat khusus tersebut melalui media sosial. Tak dinyana, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman mulai memberikan perhatian. Ia dapat bantuan sarana dan prasarana penunjang dan berdirilah posko dan toilet yang nyaman bagi pengunjung.

“Air Terjun Nyarai berada di kawasan Hutan Gamaran Salibutan yang termasuk kawasan Cagar Alam Nasional Bukit Barisan. Untuk melihat keindahannya, pengunjung harus berjuang untuk sampai ke lokasi dengan menempuh jarak 5,3 km dengan berjalan kaki,” tuturnya.

Selama berjalan kaki tersebut, peserta tracking akan menikmati pemandangan lubuk-lubuk di sepanjang perjalanan. Mereka bisa berhenti beristirahat di posko dan ada toilet yang nyaman bagi yang ingin buang air kecil ataupun besar.

“Saya tidak menyangka Air Terjun Nyarai makin populer, sehingga kami kelabakan melayani rombongan wisatawan. Pemandu kembali direkrut dan dilatih hingga pada 2019 jumlah pemandu menjadi 168 jiwa. Jumlah ini sudah mencakup lebih kurang 80 persen dari jumlah warga yang masuk tim,” kata Ayah dari Fatihah dan Nafhan ini lagi.

Hampir 100 persen pengunjung mendapat kesan tak terlupakan dan ingin datang lagi suatu saat nanti, sepulang berpetualang dari Air Terjun Nyarai. Dapat melihat pemandangan alami dan mandi-mandi di Lubuk Nyarai dan di Lubuk Sikayan setelah perjalanan yang panjang, menjadi kenangan yang membekas dalam pada ingatan.