Ritno Kurniawan Jadikan Air Terjun Nyarai Terkenal, Pembalak Liar Jadi Pemandu Wisata

Hendri Nova
Wartawan topsatu.com

“Untuk apa kamu jauh-jauh kuliah ke Universitas Gajah Mada (UGM), kalau akhirnya pulang kampung juga. Apa yang akan kamu kerjakan di kampung, jadi petani ? Kalau jadi petani tidak usah kuliah juga bisa.”

Mata perempuan yang kulit wajahnya mulai tampak garis-garis usia tersebut, tampak mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar tak menduga usaha kerasnya membiayai kuliah Ritno Kurniawan anak lelakinya itu, serasa sia-sia.

Ia sama dengan orang tua lainnya yang ingin melihat anak-anaknya jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau setidaknya bekerja di perusahaan yang bergaji besar. Hal itu sungguh sangat membanggakan di mata orang-orang kampung.

Namun apa daya, begitu tamat dari Jurusan Pertanian UGM tahun 2011, Ritno malah pulang kampung. Semua barang-barangnya selama kos di Tanah Jawa sudah dibawa pulang, pertanda ia benar-benar tak ingin merantau lagi dan lebih memilih di rumah.

“Kini orang sekampung membicarakan kamu dengan nada mencemooh. Mereka bahkan mengatakan kamu itu sebenarnya tak berhasil tamat dengan baik, sehingga memilih pulang kampung,” kata ibunya lagi.

Mendengar keluh kesah ibunya, Ritno tak berani menjawab. Ia pun menghapus bulir yang menganak sungai di sudut matanya.

Ia hanya bisa bertekad dalam hati, jika satu saat nanti ia akan membuat ibunya bangga. Orang-orang kampung baik yang tidak usil mulutnya maupun yang usil mulutnya, akan diberinya manfaat berupa pekerjaan yang bisa menunjang hidup.

Melihat Ritno hanya tertunduk, sang ibu pun terlihat tak tega. Ia pun berdiri dan beranjak menuju dapur. Meski agak kecewa, dalam hati terdalamnya tetap ia mendoakan Ritno sukses menggapai impiannya.

Walau ia sendiri tidak bisa membaca, apa sebenarnya yang akan dibuat oleh anaknya di kampung yang sebagian besar penduduknya adalah petani dan ada juga yang menjadi pembalak liar.

Tak terlintas di pikirannya, jika satu saat nanti, Lubuk Alung, Padang Pariaman Sumatera Barat, akan menjadi sangat terkenal di Indonesia berkat buah tangan anaknya.

“Butuh waktu lima tahun bagi saya untuk meyakinkan dan membuat ibu saya paham, tentang apa yang sedang saya perjuangkan,” kata Ritno pada Singgalang, mengenang masa awal-awal ia membangun destinasi wisata Air Terjun Nyarai di Lubuk Alung Pariaman.