Opini  

Pada Pagi Idul Fitri, Salam Hangat untuk Negeri

Khairul Jasmi

Khairul Jasmi

Hari ini ada dua kutbah, Idul Fitri dan Jumat. Sebagian pendapat menyebut, kewajiban Shalat Jumat jadi gugur.

Yang tak gugur adalah bunyi mikropon dari masjid dan mushalla dengan berbagai pengumuman.

Kesibukan telah dimulai. Dalam suasananya yang berbeda, Idul Fitri sudah terjadi selama 1.442 tahun lamanya.

Ribuan tahun ritual ini dilakoni umat Islam di seluruh dunia. Anak-anak adalah bagian terindah dari perayaan kolosal ini.

Dalam sebuah lagu, seorang yatim, yang bapaknya gugur dalam peperangan diberi baju baru oleh Nabi Muhammad, yang si anak pada awalnya tidak tahu, ia sedang mengadu pada Nabi. “Ayahku gugur, saya ingin menemui Nabi,” katanya di hadapan tokoh sentral Islam itu.

Hari ini tak ada Nabi, tapi anak yatim jadi tanggung jawab bersama. Masjid-masjid telah menyerahkan bantuan untuk mereka sebelum hari raya.

Andaikata Hari Raya Setiap Hari, tulis Zelfeni Wimra dalam rubrik Tarbiyah Ramadhan di Singgalang, adalah peristiwa yang humanis sekali. Andaikata pagi tadi kita mendengar kokok ayam dan burung terbang pertanda hari baru telah terhidang.

Dan kopi di gelas yang masih hangat terasa nikmat. Nikmat bisa datang dari sisi apa saja, asal mau merasakannya.

Selamat hari raya, maaf lahir batin. Salam cinta sesama. Salam untuk anak istri, orang tua, kerabat. Salam hangat untukmu. Juga untuk negeri kita. ***