Agam  

Mawardi dan Rumahnya Terbakar, Kini Butuh Uluran Tangan

 

MALALAK – Jumat (2/2) masyarakat Jorong Limo Badak, Kecamatan Malalak panik setelah melihat kobaran api membara di rumah warga atas nama pasangan suami istri, Mawardi (68) dan Ida. Peristiwa itu terjadi Jumat malam sekitar pukul 21.00 WIB. Akibat kebakaran itu, pemilik rumah Mawardi bergelar Sutan Pamuncak mengalami luka serius di sekujur tubuh (60%) yang meliputi, kepala, wajah, tangan kiri dan kanan serta bagian punggung.
Anak kandung korban, Hendra yang sedang menunggu orang tuanya di RS M. Djamil Padang saat dihubungi Topsatu.com menjelaskan, pada malam kajadian itu orang tuanya hanya berdua di rumah. Dari keterangan yang diperoleh Hendra melalui ibunya yang berhasil menyelamatkandiri ke luar rumah, bahwa saat beliau akan tidur semua lampu sudah dimatikan. Berkisar setengah jam setelah kedua orang tuanya tertidur, tetangga sebelah melihat api sudah membubung ke udara, dan tetangga itu berteriak minta tolong, sontak masyarakat keluar memberikan pertolongan. Namun kaena bangunan kayu, tidak berapa lama api meluluhlantakkan sehingga semua jadi abu,tidaksatuupun isirumah yang dapat diselamatkan.
“Begitu api membesar di bagiap atap rumah ibu secepatnya keluar menyelematkan diri Namun bapak masih berada dalam rumah mungkin beliau berusaha untuk menyelematkan isi rumah, mungkin karena tidak tahan lagi denga nkondisi tumbuh yang sudah tua, bapak keluar sendiri dari rumah yang menurut beliau tidak apa. Namun hanya beberapa saat bapak merasakan tubuhnya panas. Begitu dilihat rupanya hampir seluruh bagian tubuh bapak sudah terbakar. Rambut habis semua, bagian wajah,tangan dan punggung terlihat sudah melepuh, dan saat itu juga bapak dilarikan ke rumah sakit tentara (RST) di Bukittinggi.
Dirawat dua hari secara intensif di RST, karena kekurangan peralatan bapak dirujuk ke rumah sakit Akhmad Mukhtar. Melihat kondisi bapak yang harus mendapatkan penanganan serius sementara peralatan medisdi RSAM juga tidak memungkinkan,maka akhirnya bapak dirujuk lagi ke rumah sakit M. Djamil Padang sampai hari ini (Kamis, 8/2),”ungkap Hendra.
Sekarang bapak membutuhkan penanganan lebih serius dan intensif untuk mengobati luka bakar hampir di seluruh tubuh beliau. Maka kami atas nama anak dan keluarga sangat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah dan masyarakat dalam pengobatan orang tua kami. Ditambah lagi rumah satu-satunya tempat berteduh dan beristirahat bagi keluar sudah ludes jadi abu akibat keganasan si jago merah,”tambah Hendra penuh harap.
Sementara itu salah seorang ninik mamak dan tokoh masyarakat Kecamatan Malalak, Fauzi Dt. Garang yang juga sedang membezuk korban di RS. M. Djamil Padang kepada Topsatu.com melalui telepon genggamnya mengatakan, dari pihak Pemda Kabupaten Agam melalui DinasSosial sudah mengantarkan bantuan berupa peralatan tidur dan keperluan memasak, seperti kasur,tikar dan lainnya.
“Karena kondisi korbancukup parah begitu saya langsung saksikan di rumah sakit memang membutuhkan penanganan yang serius dari pihak tenaga medis. Sementara dari kondisi ekonomi beliau perlu mendapatkan bantuan dalam bentuk materi dari masyaraka tdan pemerintah atau donatur lainnya. Dan kepada pihak Baznas Kabupaten Agam kita mengharapkan adanya sumbangan untuk kesembuhan korban. Apalagi saat ini korban dan keluarga sudah kehilangan rumah tempat tinggalnya.
Bagi masyarakat, yayasan, donatur dan lainnya yang diberi kelebihan rezki oleh Allah SWT dan terpanggil hatinya untuk membantu meringankan beban korban dan keluarganya, dapat menyalurkan donasi melalui rekenng BRI 543001023199539 atas nama Erdawati (istri korban), atau bisa menghubungi kontak person atas nama Surya HP. 081378333758,”ungkap Fauzi. Dt. Garang.
Ditambahkan ninik mamak Malalak itu, berdasarkan kalkulasi dari pihak pemerintah, akibat musibah kebakaran itu korban mengalami kerugian sekitar Rp150 juta.
Kembaran Hendri yang bernama Hendri melalui kiriman dari Hendra kepada Topsatu.com, bahwa Hendri menuliskan pada postingan di media sosial miliknya sekitar pukul 04.20 WIB Jumat malam kejadian itu yang berbunyi “Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal rumah tempat kelahiran, rumah dimana dulunya tempar berlindung, dan berteduh. Namun sekarang lenyaphangus terbakat tanpa sisa sedikitpun”. Demikain disampaikan Hendra dengan suara penuh kesedihan. (Maswir).