Budaya  

Kerumitan Hidup Harriet Beecher Stowe di Balik Karya Hebatnya

Sama seperti kehidupan kita di Sumatera Barat yang sangat menjunjung tinggi norma – norma sosial, adat dan agama, jika kita telah terlibat ke dalam suatu permasalahan yang cukup rumit dan mengarah ke pelanggaran norma tersebut, kita pasti akan jauh lebih mudah untuk merasa tertekan oleh keadaan lingkungan sekitar. Hal itu mempengaruhi bagaimana sikap kita menghadapi orang lain setelah mendapatkan masalah tersebut, dan mungkin saja karena merasa malu dan tidak memiliki seseorang yang bisa menjadi penuntun bagi hidup kita. Disaat itulah kita akan pasti kembali kepada – Nya.

Terlebih saat putri Stowe, Georgiana May meninggal akibat komplikasi dan kecanduan morfin. Karena Stowe lebih memperhatikan penyakit kecanduan yang dialami oleh anaknya, dia merupakan salah satu orang pertama yang menulis tentang kecanduan sebagai penyakit fisik, bukan kegagalan moral. Seperti yang pernah Stowe tuliskan di dalam novel Uncle Tom’s Cabin “Sekali seumur hidup Tuhan mengirimkan kepada beberapa dari kita, seorang teman yang mengasihi diri kita, bukan khayalan, karakter yang tidak nyata, tetapi melihat melalui sampah ketidaksempurnaan kita, mengasihi dalam diri kita sosok ilahi dari kodrat kita, mengasihi, bukan manusia sebagaimana adanya kita, tetapi malaikat sebagaimana adanya kita.”

Pada 1 Juli 1896, akhirnya Harriet Beecher Stowe meninggal dalam tidurnya di rumahnya yang berada di Hartford pada usia 85 tahun. Pada pemakaman Stowe, peti matinya dihiasi karangan bunga yang diberikan oleh anggota komunitas Afrika-Amerika di Boston yang bertuliskan “The Children of Uncle Tom”. Secara tidak langsung orang – orang berpikir bahwa Stowe menggambarkan dirinya sebagai seorang istri dan ibu kristen yang mencoba untuk hidup dengan aturan Tuhan yang berbelas kasih yang menginginkan dunia agar adil dan damai. Karena bagi Stowe dia seperti apa yang pernah dia sampaikan “Aku lebih berani daripada aku karena aku telah kehilangan semua; Dan dia yang tidak akan kehilangan apa – apa bisa menanggung semua resiko.” Seperti yang dikatakan seorang penulis tentang klan Stowe yang terkenal, “Mereka tahu apa yang (Tuhan) inginkan dan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa Dia mendapatkannya.” (***)