Jadi Pembina Upacara di SMA Adabiah, Miko Kamal Sampaikan Kisah Sukses mantan Perdana Menteri Singapura

Miko Kamal saat menjadi pembina upacara di SMA Adabiah Padang.

PADANG-Setelah pekan lalu menjadi pembina upacara di SMA Adabiah Padang, pada Senin 16/10/2023 ini, Ketua DPC Peradi Padang Miko Kamal, S.H., LL.M., Ph.D. kembali menjadi pembina upacara di SMA Adabiah 2 Padang. Upacara diadakan di kompleks Adabiah Jl. Jati Adabiah No. 1 Padang.

Upacara yang dimulai sekitar pukul 07.15 pagi itu diikuti 556 orang siswa yang berasal dari kelas XI dan XII. Upacara juga dihadiri oleh Kepala SMA Adabiah 2 Dra. Ratna Gusti Herlina, MP.d. yang didampingi oleh Wakil Kepala Bidang Humas Afdal, SP.d. para guru dan tenaga pendidik.

Dalam amanatnya sebagai pembina upacara, Dr. Miko Kamal menceritakan cerita sukses (success story) mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew membangun Singapura menjadi bangsa yang berperadaban tinggi, negara yang masyarakatnya terbiasa dengan pola hidup bersih.

Menjadikan Singapura bersih dirancang secara sadar oleh Lee Kuan Yew. Sebab, hanya dengan itulah (negara bersih) Singapura bisa kompetitif dengan negara-negara lainnya di dunia. Negara atau kota yang bersih dan nyaman akan mengundang turis dan investor untuk berkunjung ke Singapura yang akan menghidupkan perekenomian negara yang terkenal miskin dengan sumber daya alam itu.

“Singapura merdeka jauh setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan. Berjarak sekitar 20 tahun. Sebagaimana diketahui, kita merdeka tanggal 17 Agustus 1945, sementara Singapura baru merdeka pada 9 Agustus 1965. Segera setelah memegang tampuk kekuasaan pemerintahan, Lee Kuan Yew mencanangkan gerakan Singapura bersih. Baik bersih secara fisik, maupun bersih dalam pengelolaan pemerintahan, yaitu bersih dari praktik korupsi”, kata Dr. Miko.

Berkenaan dengan kebersihan fisik, Lee Kuan Yew secara resmi meluncurkan kampanye Keep Singapura Clean pada tahun 1968. Kampanye tersebut terbukti efektif menjadikan Singapura menjadi negara kota yang bersih seperti yang kita lihat sampai hari ini.

“Lee Kuan Yew mengiringi kampanye Keep Singapura Clean dengan penegakan hukum yang tegas dan konsisten. Setiap orang yang membuang sampah sembarangan dihukumnya dengan hukuman berat. Tidak ada toleransi bagi para pembuang sampah sembarangan di Singapura”, lanjut Miko.

Miko menyimpulkan bahwa belajar dari Singapura, kampanye hidup bersih hanya akan berhasil bila diikuti dengan penegakan hukum yang tegas dan konsisten.

“Lee Kuan Yew memberikan contoh kepada kita bahwa penegakan hukum yang tegas dan konsisten berhasil meninggikan peradaban bangsa Singapura. Sungai-sungai Singapura yang tadinya sangat kotor disulap menjadi sungai-sungai terbersih di dunia, pantai dan pusat keramaian juga begitu”, Miko menambahkan.

“Dari sisi kita sebagai warga, kewajiban kita adalah mematuhi semua hukum atau aturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang. Sebab, warga yang punya peradaban tinggi ditandai oleh tingkat ketaatannya terhadap hukum yang berlaku. Semakin tinggi peradaban seorang warga, pasti tingkat kepatuhannya terhadap hukum juga tinggi”, Miko melanjutkan.

Ditemui selesai upacara, Miko yang merupakan Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Alumni SMA Negeri 7 Padang itu menyampaikan optimismenya menjadikan kota Padang menjadi kota yang bersih. Kota yang sungai, pantai, pasar dan destinasi wisata yang bebas dari ragam sampah. Kuncinya satu, yaitu penegakan hukum yang tegas dan konsisten.

“Banyak orang yang berpendapat tidak pas membandingkan Singapura dengan Indonesia. Sebab, Singapura adalah negara yang sangat kecil, sementara Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas. Membandingkan Singapura dengan Indonesia mungkin memang tidak pas, tapi membandingkan Singapura dengan Kota Padang sangatlah cocok”.

“Menurut data, Singapura memiliki wilayah seluas 728,6 km², hampir sama dengan kota Padang yang luasnya 695 km². Singapura memiliki penduduk sebanyak 5.980.352. Sementara kota Padang didiami oleh 914.970 orang. Dari data tersebut sebetulnya potensi kesuksesan membangun peradaban kota Padang jauh lebih besar dari pada Singapura. Maksudnya, dengan luas wilayah yang hampir sama dan dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit, Pemerintah Kota Padang bisa lebih mudah mengatur warganya menjadi warga taat hukum seperti yang dicontohkan Lee Kuan Yew. Bahkan, dari perbandingan jumlah penduduk, lebih mudah mengelola Padang dari pada Singapura”, kata Miko.

“Sekali lagi, kata kuncinya adalah penegakan hukum yang tegas dan konsisten. Jika pemerintah Kota Padang serius menegakkan hukum, maka kota ini bisa jadi lebih baik”, lanjut Miko pemegang gelar doktor hukum dari Macquarie University Sydney Australia itu. rel