Begini Kisah Perempuan Minang yang Sukses Hingga Pasar Internasional

Nurhayati Subakat,pemilik PT Paragon Technology and Innovation (dari kiri-red), saat menjadi pembicara pada program Fellowship Jurnalis Pendidikan Angkatan IV, yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, yang berlangsung via zoom 9 Maret 2022. Ist

PADANG-Musibah kebakaran hebat yang menimpa usaha Nurhayati Subakat beberapa tahun diawal berdiri perusahaannya, tak membuat semangat pemilik PT Pusaka Tradisi Ibu yang kini telah berubah menjadi PT Paragon Technology and Innovation, itu padam.

Buah cinta pasangan Nurjanah dan Abdul Muin Saidi itu bangkit dan tak larut dalam kesedihan. Penyemangat adalah para karyawannya yang kehilangan pekerjaan untuk mencari nafkah keluarga.

“Ujian yang saya jalani ketika itu lebih berat dari masa pandemi Covid-19. Tempat usaha dan rumah saya habis terbakar,” kenang Nurhayati, yang menjadi pembicara pada program Fellowship Jurnalis Pendidikan Angkatan IV, yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Rabu (9/3/2022), via zoom metting.

Pasca musibah besar itu keuangan Nurhayati sangat minus, sebab punya banyak hutang dengan suplier. Faktur-faktur banyak terbakar. Meski demikian lulusan Pondok Pesantren Diniyah Putri Padang Panjang (1963-1967) itu bangkit dan memulai usahanya kembali.

“Kenapa saya bisa bangkit kembali? Ini karena faktor kepedulian saya terhadap karyawan yang kehilangan pekerjaan. Jumlah karyawan saya ketika itu 25 orang. Dan musibah itu datang ketika bulan Ramadan. Jika saya tutup dan tidak memulai usaha kembali, tentu karyawan tidak dapat THR. Mereka tak ada pekerjaan. Dan jika saya tutup tentu tidak akan bisa membayar hutang,” bebernya, menjemput masa lalu.

Dalam pikiran penerima penghargaan Minangkabau Award 2015 itu, jika dia berpikir untuk diri sendiri, usaha yang dijalaninya bisa saja ditutup. Sebab suaminya punya penghasilan yang cukup untuk keluarganya. Namun karena memikirkan kondisi puluhan karyawannya, dia bangkit dan memulai usaha kembali.

Tak sampai satu tahun, perempuan kelahiran Padang Pang 27 Juli 1950
kembali membangun rumah dan sebuah pabrik kecil. Usahanya terus berkembang hingga tantangan dan rintang kembali menghadang. Pada 1998 Indonesia dilanda krisis moneter. Namun, lagi-lagi Tuhan memberi jalan keberuntungan bagi usaha yang dijalani Nurhayati. Saat krisis moneter banyak pengangguran. Perusahaannya membuka peluang untuk para pengangguran itu. Tentunya dengan menerapkan prinsip yang ada diperusahaanya. Dengan kerjasama dan keyakinan, Nurhayati bisa melewati krisis ekonomi bahkan mendapat untung lebih.

Tahun berganti, usaha kosmetik yang dijalani Nurhayati terus berkembang dan mendapat tempat dihati masyarakat Indonesia bahkan sejumlah negara.

“Saya beberapa kali menemukan momentum yang pas, tatkala kondisi ekonomi di negara kita serba sulit. Dan saya percaya momentum itu adalah pertolongan Allah yang kesekian kalinya untuk usaha yang saya jalani,” sebut Nurhayati.

“Kuncinya kita tidak pernah berhenti, selalu ikhtiar,” sambung perempuan yang ke masuk dalam 100 tokoh wanita paling berpengaruh dalam sepanjang sejarah Indonesia itu.