Begini Kisah Perempuan Minang yang Sukses Hingga Pasar Internasional

Nurhayati Subakat,pemilik PT Paragon Technology and Innovation (dari kiri-red), saat menjadi pembicara pada program Fellowship Jurnalis Pendidikan Angkatan IV, yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, yang berlangsung via zoom 9 Maret 2022. Ist

 

Gagal jadi Dosen

Semasa mengecap pendidikan di perguruan tinggi Nurhayati Subakat adalah lulusan terbaik, Apoteker ITB 1976 dengan mendapat KALBE FARMA AWARD) dan Sarjana Farmasi ITB 1975. Berbekal ijazah itu dia pun melamar menjadi dosen.

Namun dua ijazah dengan lulusan terbaik itu tak membawanya ke profesi sebagai seorang dosen.

“Saya juga heran, lulusan terbaik kok ga bisa diterima jadi dosen ya ?” kenang, istri dari Subakat Hadi itu.

Tak berhasil menjadi dosen, Nurhayati memutuskan pulang kampung ke Padang Panjang. Dia bekerja di RSUP M. Djamil Padang dan menjadi pegawai honorer dengan gaji Rp20 ribu selama 1,5 tahun. Hingga akhirnya dia bertemu pasangan hidup dan memboyongnya kembali ke Tanah Jawa.

“Saya juga sempat jadi calon PNS tapi karena susah mengurusnya akhirnya saya tinggalkan,” sebutnya.

Lalu ibu tiga anak itu kembali mencoba peruntungan di Jakarta dengan memasukkan lamaran ke sebuah apoteker. Lagi-lagi, lamarannya tak diterima.
Nurhayati tak putus semangat, dia pun mendapat info soal lowongan kerja di perusahaan Jerman yang bergerak kosmetik.

Di perusahaan itu dia banyak mendapat pengalaman tentang kosmetik. Nurhayati pun tenggelam sebagai pekerja. Sebab CEO tempat dia bekerja memberi kemudahan dalam hal mengurus anak. Namun, saat CEO perusahaan berganti, kenyamanannya dalam bekerja mulai terusik. Sampai akhirnya dia memilih mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.

“CEO yang baru itu sangat galak. Untung ada dia, kalau enggak mungkin saya masih jadi pekerja dan tidak punya perusahaan sendiri. Untuk menjadi sukses seseorang harus diuji dulu baru dapat lebih dari yang diinginkan,” ujarnya.

Menurut Nurhayati, kesuksesannya sebagai seorang pengusaha dengan sembilan brand saat ini bukan by disain tapi by accident.