Saat Pandemi, Kontribusi BKM Kian Dinanti  

PENDATAAN--Survei lapangan pendataan “100-0-100” (seratus persen akses air minum, nol kawasan kumuh, dan seratus persen akses sanitasi layak) oleh BKM ke salah satu kawasan di Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang Panjang. (ist)

PADANG PANJANG-Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat. Keberadaan lembaga ini, kian dinanti. Diharapkan mampu menjadi motor dan tetap berinovasi walau masih di tengah pandemi Covid-19.

Hal itu dikatakan Fasos Program “Kotaku”, Akmal Yoesoef, sekaitan pentingnya keterlibatan BKM untuk memuluskan berbagai program pembangunan, baik fisik maupun pemberdayaan, dalam kondisi kehidupan yang masih belum normal, seperti saat ini.

Betapa tidak, urainya, keanggotaan BKM dalam sebuah kelurahan atau nagari misalnya, anggotanya dipilih berdasarkan kriteria tertentu dari berbagai elemen, lalu dilihat pula ketokohan dan ketakahannya, yang nantinya diharapkan berperan menggerakkan masyarakat. “Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan secara bijak,” katanya dalam relis yang diterima topsatu.com, Selasa (10/11/2020).

Makanya, menurut Akmal, sangat perlu dilakukan penguatan terhadap BKM sebagai upaya agar BKM yang telah terpilih di tengah masyarakat tersebut, mempunyai bekal yang kuat dalam menghadapai situasi tersulit sekalipun dalam menjalankan kerelawanannya di tengah masyarakat.

Begitu juga dalam penguatan pada pemahaman konsep Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), dalam hal ini dikatakan Akmal, BKM harus menjadi motor gerakan solidaritas sosial di masyarakat kelurahan/desa setempat. Termasuk ikut menggalang kepedulian dari pihak luar, sebagai bentuk kolaborasi yang menjadi ciri khas program ini.

Akan halnya saat pandemi sekarang, dimana masyarakat dihadapkan pada berbagai sisi kehidupan yang sulit, maka kontribusi BKM sangatlah dibutuhkan. “Yang jelas, untuk dapat menjadi motor penggerak, maka BKM harus dapat dipercaya baik oleh warga masyarakat setempat maupun pihak luar,” sebut Akmal.

Kemudian, dalam kelembagaan pembentukan BKM ini, kata dia, pihak yang terlibat bukan hanya sekelompok laki-laki saja, akan tetapi keterlibaan langsung dari pihak perempuan juga sangatlah diharapkan. Bagaimanapun, kesetaraan gender ditunjukkan dengan adanya kedudukan yang setara antara laki-laki dan perempuan di dalam pengambilan keputusan dan di dalam memperoleh manfaat dari peluang-peluang yang ada di sekitarnya.

Katanya, banyaknya jumlah perempuan dalam keanggotaan BKM akan menunjukkan betapa kesetaraan gender memberikan penghargaan dan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki dalam menentukan keinginannya dan menggunakan kemampuannya secara maksimal di berbagai bidang. Artinya, keterlibatan perempuan dipandang strategis dalam proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi.

Seperti keterlibatan perempuan dalam BKM yang ada di Kota Padang Panjang, khususnya di Kelurahan Koto Panjang, yang dikomandoi seorang perempuan, ini menurut Akmal, jelas sebuah kepercayaan yang nantinya ditargetkan dalam program “Kotaku” yang diarahkan untuk memperoleh dana PPMK yang berbasis infrastruktur.

“Dalam mengkoordinir atau sebagai koordinator, dia mempunyai semangat yang baru dan keinginan serta kepedulian besar terhadap warga di sekitar Kelurahan Koto Panjang. Dan, salah satu bentuk kepeduliannya yakni ingin membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha mereka dan ikut serta dalam memfasilitasi TIPP dan TIM Fasilitator dalam merevisi data baseline dan dokumen perencanaan,” katanya.

Dijelaskan, Program Kotaku di sana telah mengajak masyarakat untuk mengawali dengan sebuah tahapan proses dengan siklus yang diusung sebagai sebuah pembelajaran kritis dan strategi intervensi kepada masyarakat untuk menyemai kembali nilai-nilai universal. Ini diawali dengan mengadakan sosialisasi untuk menginternalisasikan pemahaman secara mendalam kepada masyarakat tentang pentingnya melembagakan nilai dalam kehidupan sosial masyarakat.

“Artinya, di tengah mulai memudarnya rasa kebersamaan, kiranya melalui BKM akan memunculkan penyadaran dan membangun kembali nilai, menggerakkan masyarakat dan menjaga keutuhan dalam memantapkan setiap gerak pembangunan. Dan, saat itu pulalah dibutuhkan jiwa seorang relawan sebagai agen pembaharu dan agen perubahan,” pungkas Akmal Yoesoef. (naldi)