Muhammadiyah, Membumikan Islam di Bumi Sikerei

PEMBANGUNAN MASJID -Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, Ustadz H. Solsafad Rustam, S.Pdi, MA, saat meletakkan batu pembangunan pertama Masjid Taqwa Muhammadiyah  di Dusun Sao, Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan,  Kabupaten Kepulauan Mentawai. (ist)

Protestan gencar melakukan misinya dengan cara menitiberatkan pada peningkatan ekonomi, pendidikan dan pertukangan. Sedangkan misionaris Katolik dari Keuskupan Padang juga tidak kalan gencarnya menyampaikan misinya, terutama di kawasan Pagai Utara-Selatan.

Menurut catatan Buya Mas’oed Abidin, seorang tokoh Muslim Sumatera Barat dalam bukunya “Islam dalam Pelukan Muhtadin Mentawai”, meskipun agama Islam termasuk yang paling dahulu masuk ke Mentawai, menurut silsilah yang ada di Pasapuat Besar (Pagai Utara) yang penduduknya pada masa ini beragama Islam, daerah ini adalah yang pertama kali di jajaki Islam. Menurut generasi Islam yang ada di daerah ini adalah generasi yang ke-5 dan pertama kali dibawa oleh Tuanku Paman (berasal dari Pariaman) dari Tanah Tepi.

Buya Mas’oed Abidin dalam bukunya tersebut mengutip tulisan Stefano Coronese, seorang peneliti misionaris dalam bukunya Kebudayaan Suku Mentawai, menuliskan bahwa sebenarnya orang Mentawai telah mulai bersentuhan komunikasi dengan orang-orang Islam, saat melakukan hubungan dagang dengan orang Tiku (1621). Masa itu Tiku berada di bawah kerajaan Aceh yang telah memeluk agama Islam.

Selanjutnya, masuknya Islam di Mentawai juga tak terlepas dari gerakan dakwah Buya H. Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau lebih dikenal sebagai A.R. Sutan Mansur, seorang tokoh dan pemimpin Muhammadiyah asal kampung Air Hangat, Maninjau, Tanjung Raya, Agam. A.R. Sutan Mansur sendiri adalah murid dari Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA) yang telah menyebarkan pikiran-pikiran dari Muhamamdiyah di Sumatera Barat. Haka merupakan salah satu sahabat dari Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah di Yogyakarta (1912).

HAKA yang merupakan ayah kandung Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) bersama sejumlah ulama yang pro terhadap pembaharuan Islam telah membuka jalan bagi A.R. Sutan Mansur untuk mengembangkan Muhammadiyah di Sumatera Barat.

Ketika terjadi ancaman dan konflik antara Muhammadiyah dengan orang-orang komunis di Ranah Minang pada akhir 1925, A.R. Sutan Mansur diutus Hoofdbestuur Muhammadiyah untuk memimpin dan menata Muhammadiyah yang mulai tumbuh pesat di Minangkabau. Di samping itu, selaku mubaligh tingkat pusat Muhammadiyah (1926-1929), dia ditugaskan mengadakan tablig keliling ke Medan, Aceh, Kalimantan (Banjarmasin, Amuntai dan Kuala Kapuas), Mentawai serta beberapa bagian Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan. Aktivitasnya juga melatih pemuda-pemudi dalam Lembaga Kulliyatul Muballlighin yang didirikannya untuk menjadi kader Muhammadiyah. (sumber: wikipedia).

Tantangan dan Peluang

Secara geografis Mentawai tidaklah sama dengan 18 kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Barat karena merupakan daerah kepulauan. Kawasan ini membujur dari utara ke selatan terdiri dari 102 pulau, dan yang terbesar diantaranya ada empat pulau, yakni Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan.

Kepulauan Mentawai alamnya indah, beriklim tropis, bertanah subur, dan berbukit-bukit dengan ketinggian di bawah 1.500 kaki, dengan curah hujan antara 200 hingga 400 milimeter, serta masih ditutupi hutan primer di pedalaman dan hutan bakau di bagian pantai. Kawasan ini banyak terdapat rawa-rawa, bagian pantai Barat pulau-pulau tersebut terjal dan curam, berbatu karang, dan memiliki ombak dan gelombang yang besar yang sangat berbahaya. Bagian pantai Timur lebih landai, lautnya tenang dan banyak ikan, memiliki banyak taman laut yang indah. Di sana kita menemukan banyak sungai, baik yang mengalir ke pantai Barat maupun ke pantai Timur, dengan beratus-ratus anak sungai di pedalaman. Sungai-sungai yang penting untuk mengalir ke pantai Barat, antara lain Simalogi, Simatalu, Sabulubek, Tumerak, Talungan dan yang mengalir ke pantai Timur antara lain Sungai Sikabaluan, Siberut, Polakkele, Cimpungan, Saibi.

Karena Mentawai merupakan daerah pegunungan, maka banyak ditemui puncak-puncak gunung, yang lebih tepat disebut puncak bukit, diantaranya yang tertinggi Gunung Lokkoma (286 meter), Simanggeleng-geleng (265 meter), Stoiboklo (200 meter), Tenggatbatu (342 meter), Taitabatti (278 meter).

Di Mentawai tidak ada danau, namun banyak terdapat selat dan teluk, serta tanjung yang keindahannya mempesona. Selat yang paling indah ialah selat yang memisahkan Pulau Pagai Utara dengan Pulau Pagai Selatan yang disebut Selat Sikakap, airnya tenang dan dalam.