Muhammadiyah, Membumikan Islam di Bumi Sikerei

PEMBANGUNAN MASJID -Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, Ustadz H. Solsafad Rustam, S.Pdi, MA, saat meletakkan batu pembangunan pertama Masjid Taqwa Muhammadiyah  di Dusun Sao, Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan,  Kabupaten Kepulauan Mentawai. (ist)

Guna perluasan lahan untuk komplek masjid, pihaknya juga membeli tanah seluas 1.000 meter persegi milik Gusan. Posisi tanah ini sendiri berada di samping tanah lokasi masjid. Di tempat ini kemudian juga akan dibangun TK-PAUD Aisyiah dan SD Muhammadiyah.

Keberadaan Masjid Taqwa Muhammadiyah dan musala milik Muhammadiyah tak hanya ada di Sao, tapi juga tersebar di sejumlah pulau, seperti di Pulau Sipora, Pulau Siberut.

Populasi muslim di Mentawai terus meningkat. Menurut catatan Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada tahun 2010 jumlah penduduk muslim berjumlah 15 persen, akhir tahun 2015 populasi muslim sudah berjumlah 22,3 persen, dan pada tahun 2020 jumlah penduduk muslim diperkirakan akan terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk beragama Islam itu berdasarkan informasi yang digali penulis dari masyarakat setempat karena bertambahnya penduduk yang memeluk agama Islam karena tertarik dengan dakwah para mubalig, perjalanan mualaf yang masuk Islam karena menikah dengan pria dan perempuan Minang, masuknya tenaga kerja (sektor swasta, abdi negara seperti PNS, TNI/Polri) beragama Islam yang bertugas di Mentawai, serta adanya pendatang dari sejumlah daerah (Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kota) dari Sumatera Barat yang mencari peruntungan hidup di wilayah itu.

Mereka yang menjadi mualaf tak hanya yang berdomisili diMentawai, penduduk asli Mentawai yang merantau ke Kota Padang juga tidak sedikit yang memeluk agama Islam, khususnya yang tinggal di panti asuhan khusus anak Mentawai yang dikelola orang-orang Islam maupun kader Muhammadiyah.

“Muhammadiyah dapat diterima penduduk Mentawai pada umumnya dan yang beragama Islam khususnya karena mengusung gerakan kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah karena keduanya merupakan sumber asli dari ajaran Islam dengan ‘kebenaran mutlak’ yang bersifat terbuka. Selain itu Muhammadiyah merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Dengan demikian Muhammadiyah berdiri sebagai gerakan yang berusaha benar-benar ‘membumikan’ ajaran Islam dalam kehidupan nyata,” jelas Solsafad.

Masuknya Islam

Suku Mentawai sebagai penduduk utama di daerah ini, secara garis besar tidak mempuyai gambaran yang jelas tentang asal-usul mereka. Berdasarkan penuturan rakyat setempat, sebagiah besar penghuni pulau-pulau di Mentawai berasal dari Pulau Siberut. Masyarakat suku Mentawai secara fisik memiliki kebudayaan agak kuno, yaitu zaman neolitikum di mana pada masyarakat tidak mengenal pengerjaan logam, begitu pula bercocok tanam maupun seni tenun.

Sebagian besar penduduknya menganut animisme, kemudian sebagian beragama Kristen (Protestan dan Katolik) dan Islam.

Sejarah masuknya Islam di Mentawai belum bisa dibuktikan secara tertulis atau peninggalan benda kuno yang menguatkan Islam kapan pertama kali Imasuk ke kawasan tersebut. Namun, sejumlah sumber dari tokoh-tokoh Islam menjelaskan, Islam masuk ke Mentawai diperkirakan sekitar tahun 1.800, bertempat di Pasapuat Besar di Pulau Pagai Utara.

Sebelumnya kita ketahui dari segi kepercayaan, penduduk asli Mentawai terutama yang tinggal di daerah pedalaman masih menganut animisme, mereka mengagungkan roh nenek moyang dan percaya kepada benda-benda, seperti bebatuan, pepohonan, tengkorak binatang dianggap memiliki roh dan kekuatan magis. Kepercayaan tersebut dinamakan arat sabulungan. Namun, kemudian pemerintah melakukan pemberangusan terhadap arat sabulungan pada tahun 1954. Pasca penghapusan kepercayaan asli masyarakat lokal jadilah Mentawai sebagai kawasan untuk penyebaran agama-agama resmi, seperti Zending Kristen Protestan dan Katolik, serta Islam.

Dalam buku berjudul Citra Kabupaten Mentawai dalam Arsip yang diterbitkan Arsip Nasional RI (2017) menyebutkan, penyebaran ajaran Kristen pertama kali di Pagai Utara dan Kepulauan Nassau Kecil pada tahun 1902, sejalan dengan datangnya misi keagamaan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda, kemudian dikenal pula agama Islam.