Opini  

Menandai 95 Tahun Perti

Robby Kurniawan - Alumni MTI Canduang, Jamaah Tarbiyah Islamiyah

Menumpang pada partai politik -jika benar demikian menjadi faktor yang membelah organisasi- juga tidak berhasil menjadi perahu yang dapat melabuhkan visi organisasi Tarbiyah Islamiyah.

Perti hendaknya kembali melihat peluang dari dalam. Para santri lulusan madrasah dan pesantren Tarbiyah Islamiyah, sejatinya adalah mitra yang paling potensial.

Sebab mereka-lah yang paling mampu untuk membaca kebutuhan dan menggunakan sarana zaman mereka ini.

Namun tantangannya, kebanyakan lulusan Madrasah Tarbiyah Islamiyah masih asing dengan Perti.

Hal ini ditengarai minimnya interaksi Perti dengan madrasah atau pesantren yang menjadi tempat mereka tumbuh, belajar, dan mengembangkan emosi.

Tanpa tendensi untuk menyalahkan, ini lah tanggungan yang mesti Perti bayar dan jawab akibat konsolidasi yang tak berhasil, bertahun-tahun lamanya, dengan pos yang seharusnya menjadi basis ekosistem mereka.

Meskipun begitu, Perti saat ini hendaknya tidak pesimis. Layaknya ekosistem, meskipun satu fitur tidak berperan.

Fitur-fitur lainnya akan mencoba beradaptasi mengisi kekosongan peran fitur yang rusak atau tidak berfungsi.

Sejauh ini, peran yang semestinya menjadi tanggung jawab Perti telah disiasati oleh kader-kader terbaik madrasah/pesantren Tarbiyah Islamiyah.

Sebagian dari mereka ada yang bertahan mengembangkan kajian di madrasah sebagai pendidik, sebagian lain masuk ke perguruan tinggi, membentuk kelompok mahasiswa dan alumni.

Lulusan madrasah/pesantren Tarbiyah Islamiyah ini menjalankan peran dakwah dan sosial di masyarakat dengan kemampuan masing-masing.