Opini  

Media Massa dan Cara Berpikir Kapitalis

Ilustrasi: gramedia.com

Oleh: Charlie Doma Putra

Media massa adalah sarana komunikasi yang dirancang untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Media massa dapat berupa media cetak, elektronik, atau media digital. Media cetak adalah media massa yang menggunakan media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan buku. Media elektronik adalah media massa yang menggunakan media elektronik, seperti radio, televisi, dan internet. Media digital adalah media massa yang menggunakan media digital, seperti situs web, media sosial, dan aplikasi.

Media massa memiliki fungsi penting dalam masyarakat, yaitu fungsi informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Media massa memiliki peran penting dalam masyarakat demokrasi. Media massa dapat berperan sebagai kontrol sosial terhadap pemerintah dan lembaga lainnya. Media massa juga dapat berperan sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi.

Di tahun mendekati masa kampanye Pemilu ini, sudah dapat dipastikan beberapa stasiun televisi nasional akan menjual jargon-jargonnya untuk menarik serta mempengaruhi loyalis tertentu. Seperti yang kita ketahui, ada beberapat stasiun televisi di Indonesia yang dimiliki oleh orang-orang besar yang mempunyai pengaruh dalam dunia perpolitikan.

Cara berpikir kapitalis

Menurut Karl Marx, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada kepemilikan swasta atas alat-alat produksi dan eksploitasi tenaga kerja untuk menghasilkan keuntungan. Dalam sistem kapitalisme, media massa dikuasai oleh kelas pemilik modal (borjuis) yang memiliki kepentingan untuk mempertahankan sistem kapitalisme (L.Harry Gloud,2019). Menurut pandangannya bahwa media massa dalam sistem kapitalisme berfungsi untuk menyebarkan ideologi, menjaga stabilitas sosial, dan meningkatkan penjualan barang dan jasa dengan tujuan utama mempromosikan gaya hidup konsumerisme. Marx melihat bahwa media massa dalam sistem kapitalisme memiliki peran penting dalam mempertahankan sistem tersebut. Media massa digunakan untuk menciptakan citra positif tentang kapitalisme dan untuk mencegah terjadinya perubahan sosial. Media massa selalu akan bias terhadap kepentingan kelas pemilik modal.

Media, menurut pandangan Marxis, berkontribusi dalam reproduksi struktur kelas dengan cara menyajikan narasi dan wawasan yang mendukung kepentingan kelas borjuis dan menjaga ketidaksetaraan sosial. Kritik media dari perspektif Marxis menekankan pentingnya memahami bagaimana media dapat berperan dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi kesadaran kelas masyarakat. Analisis ini mendorong untuk melihat di balik narasi yang disajikan oleh media dan mempertanyakan struktur kekuasaan yang mendasarinya (Yulianto Amsaris :2021). Sehingga dapat kita lihat cara berpikir kapitalis dalam media massa dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain aspek kepemilikan, aspek orientasi dan aspek konten. Selama masih dikuasai oleh pemilik modal (borjuis) menyebabkan adanya kepentingan tertentu dalam penyampaian pesan maupun pandangan. Pada aspek orientasi, yaitu berorientasi pada profit dan lebih mengutamakan kepentingan ekonomi daripada kepentingan sosial. Dalam aspek konten, media massa dalam sistem kapitalisme sering kali menyajikan konten yang bersifat sensasional untuk menarik perhatian masyarakat dan meningkatkan jumlah penonton atau pembaca. Hal itu membuat tak dipungkiri bahwa stasiun televisi nasional selalu memegang prinsip kapitalis dalam menyampaikan isi pesan yang ada di balik pemberitaan, apalagi tahun 2024 menjadi tahun politik di Indonesia.

Masyarakat sebagai konsumen

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Masyarakat perlu kritis terhadap informasi yang disampaikan melalui media massa. Sebagai konsumen media massa, masyarakat perlu memiliki perspektifnya sendiri dalam menentukan pilihan yang bersifat menghibur ataupun berpendapat terhadap berita yang disampaikan atau ditayangkan melalui stasiun-stasiun televisi nasional.

Masyarakat sebagai konsumen akhir dalam penyajian berita memiliki beberapa perspektif seperti perspektif informasi yang artinya masyarakat membutuhkan informasi yang akurat, objektif, dan berimbang (Siti Zaenab: 2013). Dalam perspektif informasi ini, masyarakat membutuhkan berita untuk membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selanjutnya, perspektif hiburan dimana masyarakat juga membutuhkan hiburan untuk melepas penat dan mengisi waktu luang. Berita yang menghibur dapat memberikan informasi yang menarik dan dapat membuat masyarakat tersenyum dan perspektif kontrol sosial dimana masyarakat membutuhkan media massa untuk mengontrol sosial.

Sejatinya, media massa yang memiliki idealisme dapat mengkritik pemerintah atau lembaga lainnya yang melakukan pelanggaran. Perspektif ini harus menjadi pertimbangan utama oleh media massa dalam penyajian berita. Media massa harus menyajikan berita yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, tentunya pemberitaan yang berimbang akan menjadi tantangan bagi media massa di tahun politik ini. Apalagi seperti diketahui, beberapa stasiun televisi nasional dimiliki oleh politisi nasional atau terafialiasi ke arah politik dari partai tertentu. Memang pada fase kampanye politik diperbolehkan untuk menggunakan media massa dalam hal ini stasiun televisi dalam agenda politik. Namun, bisa dipastikan, sulit untuk tetap dalam posisi berimbang bagi televisi dalam hal kampanye yang dilakukan oleh televisi yang memiliki afiliasi ataupun dimiliki oleh politisi yang memiliki arah dan pandangan pada satu partai tertentu. Sekarang, tinggal masyarakat itu sendiri yang bisa menentukan pilihan terhadap media massa mana yang mereka nilai dapat memberikan citra positif terhadap pemberitaan. Semoga, masyarakat kita bijak dalam memilih tayangan-tayangan atau pesan yang ingin disampaikan oleh pemilik stasiun-stasiun televisi nasional. (Penulis adalah mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang)