Masyarakat X Koto Apresiasi Kunjungan Senator Leonardy

BATUSANGKAR – Sembilan walinagari di X Koto Tanah Datar umumnya mengeluhkan warganya belum familiar dengan kredit usaha rakyat (KUR). Warga lebih kenal dengan kredit komersil saat berhubungan dengan pihak perbankan.

Hal itu dinyatakan Walinagari Aie Angek, Walinagari Panyalaian, Walinagari Koto Laweh, Walinagari Koto Baru dalam pertemuan dengan Anggota DPD RI H. Leonardy Harmainy di aula Kantor Camat X Koto, Rabu (8/8/2018).

Walinagari Aie Angek, G. Dt. Rangkayo Tuo menyampaikan terimakasihnya atas pemaparan Leonardy Harmainy terkait KUR dan LPDB dalam kunjungan ke daerah pemilihannya.

Ditegaskannya, dia pun baru tahu ada Rp3,8 triliun yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.

“Kami bersyukur mendapatkan pengetahuan tentang KUR ini dari wakil kami Pak Leonardy. Sangat bermanfaat bagi kami dan warga di daerah,” ujarnya.

Keluhan sama juga diungkapkan Walinagari Panyalaian R Dt Paduko Sirajo. Warganya banyak yang kurang kenal dengan KUR. Ada 9.000 warganya yang dapat memanfaatkannya. Selama ini petani di sana dapat kredit komersil.

Menanggapi hal tersebut, Leonardy memberi kesempatan seluas-luasnya pada walinagari, BPRN, KAN, tokoh masyarakat Kecamatan X Koto. Dia memang tengah menjalankan tugas konstitusional mengawasi UU No. 10 tahun 1994 tentang perbankan.

Dia ingin melihat sejauh mana KUR dimanfaatkan masyarakat di daerah pemilihannya. Begitu juga dengan perkuatan permodalan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Dana LPDB pada 2018 ini tersedia Rp1,2 triliun. Baru diakses Rp28,5 miliar.

Bantu jalan
Walinagari Panyalaian R Dt. Panduko Sirajo mengharapkan perhatian terhadap irigasi teknis di wilayahnya. Sebanyak 80 hektar lahan sawah di sana tergantung dengan irigasi dari bendungan Ulakan Kurai sepanjang 49 meter dan lebar 26 meter di daerahnya.

Kini petani di Panyalaian terpaksa harus menjaga aliran air ke sawahnya hingga larut malam. Jika tidak, air seolah hilang di tengah jalan.

“Kami pun butuh jalan tani sepanjang 20 kilometer. Telah dicoba dengan dana nagari namun hanya bisa mengerjakan satu kilometer. Butuh 20 tahun agar kalan tani terealisasi,” ungkapnya. (arief)