Agam  

“Manduo Baleh” Cara Perayaan Maulid Nabi di Silayang Lubuk Basung

LUBUK BASUNG – Ketika kebanyakan masjid dan warga masyarakat kita dimana mana tempat tidak lagi merayakan hari kelahiran Nabi besar Muhammad Salallahuwaalaihi wassalam, Masyarakat Silayang, Jorong Parik Panjang, Nagari Lubuk Basung Agam, tetap merayakan Maulid Nabi yang dikenal dengan “Manduo Baleh”.

Manduo Baleh atau mendua belas, maksudnya memperingati tanggal 12 Rabi’ul Awal, hari kelahiran Nabi Muhammad Salallahuwaaalaiwasssalam. Manduo baleh telah menjadi tradisi bagi orang Minangkabau memperingati Maulid Nabi dengan berbagai acara sebagai tanda syukur atas kelahiran nabi. Tapi beberapa tahun terakhir, kemeriahan maulid di negeri kita redup, antara lain karena munculnya pendapat sementara ustaz yang mengatakan maulid itu bid’ah dan berdosa.

Alhamdulillah akhir-akhirnya sudah banyak pula ulama dan ustaz yang meluruskan fatwa bid’ah itu, antara lain Ustaz Abdul Somad, sehingga peringatan Maulid kembali digairahkan sebagian masyarakat. Masyarakat Silayang Nagari Lubuk Basung diantaranya. Di Silayang ini perayaan dilaksanakan dengan berbagai kegiatan selama dua hari pada 16-17 Oktober 2021.

Tokoh adat Silayang, Yanto Dt Basa di Lubuk Basung, Minggu, mengatakan kegiatan yang diadakan itu berupa membuat lamang secara bersama pada Sabtu (16/10). Pada malam harinya, dilanjutkan dengan tauziah atau pengajian.

“Tausiah itu dihadiri masyarakat di Masjid Al Huda Silayang. Lamang itu disajikan kepada jamaah dan sebagian dibagikan bagi tamu khusus,” katanya.

Pada Minggu (17/10), tambahnya, dilanjutkan dengan zikir rabana dari pukul 10.00 sampai 16.00 WIB.

Untuk penutupan maduo baleh dilakukan dengan makan bersama antara jamaah di Masjid Al Huda.

“Makanan yang disantap itu merupakan bawaan dari ibu-ibu dengan menggunakan jamba atau tempat membawa makanan dan rantang,” katanya.

Ia menambahkan, kegiatan itu bakal dilanjutkan di mushala kaum tersebar di daerah itu, setelah di masjid induk.

Pelaksanaan itu bakal dilakukan secara bergantian di mushala kaum itu.

“Pengurus mushala dan tokoh adat akan saling mengunjungi kegiatan di mushala,” katanya.

Kegiatan itu merupakan tradisi turun temurun semenjak ratusan tahun lalu saat Maulid Nabi Muhammad SAW.