Opini  

Lebaran Saya Doeloe

Oleh Eriandi

Kalaulah nanti berjalan sesuai perkiraan, hasil sidang isbat yang digelar Kementerian Agama RI dihadiri sejumlah organisasi masyarakat, Minggu (1/5) akan sepakat besok, Selasa (2/5) jadi awal Syawal. Artinya besok sah Hari Raya Idul Fitri. Mudah-mudahan, lebaran bersamaan. Kendati ada beberapa saudara muslim lain seperti dari Naqsabandiyah sudah berlebaran hari ini. Tidak masalah.

Doeloe, saat masih kanak-kanak, sehari menjeleang lebaran, karena tinggal di Purus Kebun, Kelurahan Ujung Gurun, Padang, kami sudah bersiap berec=ncana pergi takbiran. Masa kanak-kanak, naik bus keliling Padang setiap takbiran sungguh menyenangkan. Jarang-jarang naik buskota. Paling naik bemo. Itupun saat almarhumah amak hendak ke Pasar Raya Padang. Lebih sering tidak ikutnya. “Manga ikuik. Di rumah se. Beko amak balian kipang atau kue pancuang (Mengapa ikut. Di rumah saja, beko amak balian kipang atau kue pancuang,” kata Amak.

Ya sudah. Kalau sudah dijanjikan kipang atau kue pancuang, saya mengalah. Tak jadilah ikut amak ke pasar Raya Padang. Naik bemo.

Hari sudah beranjak kelam. Tak berapa lama kemudian, sirene tanda berbuka meraung-raung seantero langit. Nah, alhamdulillah. Selesai sudah berpuasa selama Ramadhan. Tuntas.

Hal yang ditunggu. Usai berbuka, bersiaplah kami beranjak ke Kawasan GOR H Agus Salim. Jaraknya tak jauh dari rumah. Berenang saja, sampai kita keseberangnya. Tapi tidaklah, hanyut kita kalau malam-malam berenang di Banda Kali. Konon katanya di sana kalau alam ada buaya, labi dan ular. Kena cotok nanti kalau berenang malam-malam.

Sampai GOR Agus Salim, tinggal pilih. Berjejer buskota atau angkutan lain untuk bersiap pawai takbir keliling. Kami mencari buskota yang agak segeh. Badan kecil duduk pula di belakang paling sudut dekat pintu keluar. Kena angin sambil melihat keluar duhai asyiknya. Menyusuri Kota Padang di malam hari.

“Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilaha illallah wallahu akbar allahu akbar walillah ilham,” takbir mulai bergema. Perjalanan pun dimulai. Seluruh kendaraan yang ikut menggemakan takbir. Dari suara kaset. Kita ikut-ikut saja bersuara. Semangat. Rombongan menyusuri Jalan Sudirman, Pondok, Pantai Padang, Veteran kemudian berputar higga akhirnya kembali ke garis start GOR Agus Salim.

Duh senangnya. Tapi itu doeloe. Kini entah lah, apa masih ada pawai takbir keliling dengan buskota. Apalagi sejak pandemi covid19. Pawai takbir keliling ditiadakan.

Kisahnya tidak akan hilang. Yang tak ada lagi, buskota , bemo, bapak dan amak. Bapak dan amak…mohon maaf lahir batin. Mudah-mudahan Allah memberikan tempat terbaik di alam sana. Amiin.

Minal Aidin wal Faizin. Mohon maaf lahir batin. (***)