Opini  

Keseriusan dan Kejujuran dalam Meraih Cita- cita

Dr. Gusnetti, M.Pd.

Oleh

Dr. Gusnetti, M.Pd.

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP Universitas Bung Hatta Padang

Belajar adalah menuntut ilmu dari tidak tahu dan menjadi tahu. Dengan belajar kita dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak diketahui selama ini. Belajar tidak hanya secara formal, tetapi juga secara informal. Belajar juga dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yaitu dengan menyimak dan membaca. Dengan belajar baik formal dan informal banyak pengetahuan yang didapatkan dan pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Ada semboyang yang sering diperdengarkan “ Orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu dan orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan”. Hal itu berarti bahwa belajar dilakukan terus menerus dan tidak dibatasi oleh umur dan waktu. Meskipun ada semboyan lagi belajar di waktu kecil bagai melukis di atas batu, belajar di waktu tua bagai melukis di atas air. Hal itu berlaku bagi mereka yang berhenti belajar. Tetapi kalau belajar tersebut dilakukan terus menerus,, maka semboyan kedua tidak berlaku.

Khusus bagi pelajar dan mahasiswa, belajar untuk meraih cita-cita. Cita-cita tidak akan diperoleh tanpa belajar. Tidak akan mungkin seseorang akan menjadi menteri misalnya, kalau dia tidak belajar terlebih dahulu. Untuk itu, pelajar dan mahasiswa harus mampu belajar dengan baik sehingga cita-cita yang didambakan selama ini bisa terwujud. Ada tiga kunci sukses yang harus diketahui oleh pelajar dan mahasiswa dalam meraih cita-cita. Tiga kunci sukses tersebut adalah, keseriusan, kejujuran dan santun dalam berbahasa. Ketiga kunci sukses itu tidak dapat dilakukan terpisah satu sama lain. Ketiganya saling terkait dan saling mendukung.

Keseriusan berasal dari kata serius. Serius bermakna tekun, fokus , sungguh-sungguh dan jeli. Keempat padanan kata tersebut akan bermakna bila melakukan sesuatu. Bisa berhasil adalah serius dan sungguh-sungguh dan jeli mencari bahan yang akan dipelajari . Tidak ada materi ajar yang sulit dipahami jika dilakukan dengan serius dan bersungguh- sungguh dalam mempelajarinya. Misalnya dalam membaca buku ajar. Pelajar dan mahasiswa harus jeli mencari ide pokok ataupun permasalahan yang diungkapkan dalam bacaan tersebut. Keterampilan membaca yang digunakan adalah membaca teliti, membaca kritis dan membaca ide/kreatif. Membaca teliti digunakan untuk memahami bacaan dengan tepat dan jelas, dan membaca kritis dilakukan untuk dapat membandingkan sesuatu dengan yang lain dan keterampilan membaca ide digunakan untuk mengaplikasikan bacaan tersebut dalam kehidupan.

Selain keseriusan dalam meraih cita-cita, kejujuran juga harus diperhatikan. Kejujuran kepada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Kejujuran asal katanya jujur. Jujur dalam berbuat dan jujur dalam mendapatkan. Kebenaran, berterus terang, dan memberi pendapat, adalah padanan kata dari jujur. Ketiga padanan kata tersebut sangat diperlukan dalam belajar. Ungkapkanlah dengan benar apa yang telah diketahui dengan baik, dan ungkapkanlah dengan benar kalau belum memahami suatu materi dengan baik.

Kata berterus terang dalam belajar penting digunakan. Bila belum memahami materi yang sedang dipelajari maka berterus terang merupakan jalan terbaik sehingga orang lain ( guru ataupun dosen) dapat menjelaskan kembali dan jangan melakukan kepura-puraan. Kepura-puraan akan berakibat fatal dalam belajar. Selain itu seseorang yang serius dalam belajar, mereka akan mampu memberikan pendapatnya tentang sesuatu yag sedang dibicarakan ataupun yang didiskusiakn. Pendapat mereka akan menanmbah pengetahuan bagi mereka yang serius mendengarkannya,

Kunci sukses yang ketiga dalam meraih cita-cita adalah santun dalam berbahasa. Santun dalam berbahasa bermakna sopan dalam berkomunikasi, baik berbahasa lisan maupun tulisan. Santun dalam berbahasa menggunakan diksi dan pilihan kata yang tepat dalam berbahasa. Santun berbahasa ibarat menarik rambut dalam tepung, rambut tidak putus dan tepung tidak tumpah. Meskipun kita sebenarnya sudah berulang-ulang mengajarinya karena masih belum mampu memahami, tetapi dengan santun berbahasa, menggunakan diksi ataupun pilihan kata yang tepat, mereka tidak merasa digurui.

Bila tidak tepat menggunakan bahasa akan mengakibatkan komunikasi tidak lancar. Pada awalnya bermaksud dengan benar, tetapi salah dalam pengungkapan, maka kebenaran akan menjadi mala petaka. Miskomunikasi akan terjadi dan tujuan utama tidak akan tercapai. “Mulutmu harimaumu” sering ungkapan itu didengungkan bagi mereka yang tidak santun dalam berbahasa.

Santun berbahasa merupakan modal utama dalam meraih cita-cita. Keseriusan dan kejujuran sangat terkait dalam meraihnya. Seseorang tidak akan berhasil bila yang diutamakan serius saja tanpa dikaitkan dengan kejujuran dan santun berbahasa. Begitu juga kejujuran saja yang diperhatikan tanpa dikaitkan dengan santun berbahasa merupakan hal yang sia-sia. Keseriusan dan kejujuran dalam meraih cita-cita dan dibungkus dan dikemas dengan santun berbahasa akan memperoleh hasil yang sangat gemilang.

Pelajar dan mahasiswa, keberhasilanmu terletak di pundakmu sendiri bukan di pundak orang tua ataupun keluarga. Orang tua dan keluarga hanya pendukung dan pendorong cita-citamu. Mereka tidak bisa mengantarkanmu ke cita-cita yang diinginkan kalau tidak dari diri sendiri. Banyak orang tua yang mampu dan berkecukupan tetapi tidak semuanya mampu mengantarkan anak mereka. Tapi, banyak anak-anak yang serius, jujur dan santun berbahasa dapat berhasil dalam meraih cita-citanya, meskipun orang tua mereka tidak mampu sekalipun. Zaman milenial mengutamakan keseriusan, kejujuran dan santun berbahasa dalam meraih segalanya. Beramin-main dan bermalasan bukan waktunya diera milenial ini. Generasi muda,” harapan bangsa digenggamanmu.”