Keselamatan Terancam, Proyek DAM di Agam Disorot

AGAM – Proyek DAM tebing SDN 28 Salasa Tangah, Baso, Agam menuai kritikan dari masyarakat. Proyek yang nilainya mencapai Rp199 juta tersebut diduga dikerjakan tidak sesuai standar dan berpotensi bahaya.

Potensi bahaya muncul karena beberapa bagian DAM setinggi 5 meter yang baru saja selesai dibangun rubuh. Reruntuhan bangunan menutupi sebagian jalan.

“Rubuhnya beberapa hari yang lalu. Untung tidak ada yang lewat disaat itu, kalau tidak bakal ada korban,” kata Dt Tiko Basa Caniago salah seorang tokoh masyarakat kepada Singgalang, Jumat (2/9).

Dt. Tiko mencemaskan posisi DAM yang ada di lingkungan sekolah itu, akan mengancam keselamatan siswa yang berada di sana.

“Kami kuatir jika ada anak-anak main di sekitar tempat tersebut. Namanya anak seusia itu melihat ada pasir, pasti mereka akan main di sekitar lokasi. Bahaya kan,” ujar Dt. Tiko.

Dt. Tiko mengatakan, masyarakat telah sepakat untuk meminta CV. Excellent sebagai pihak kontraktor untuk membongkar dan membangun kembali bangunan tersebut. Setelah itu bangun kembali sesuai dengan perencanaan serta sesuai standar yang ada.

“DAM tingginya sampai 5 meter, tapi fondasinya tidak kokoh. Dari pengamatan kami, ada kemungkinan tidak sesuai standar. Begitu juga material lainnya,” katanya.

Dt Tiko menegaskan dalam proses pembangunan ulang nanti, pemuda dan masyarakat akan mengawal ketat proses pembangunan. Karena terkait dengan keselamatan warga.

Sementara itu, Ketua Gapensi Agam, Delfa Oktra, mengatakan, terkait robohnya bangunan DAM di SDN 28, Salasa Tangah, Baso, Agam ini, pihaknya belum bisa memberikan pemandangan secara luas. Namun, robohnya bangunan diduga adanya kesalahan teknis dalam pelaksanaan pembangunan dan perencanaan.

“Dua aspek ini yang menjadi pemicu robohnya bangunan ini. Kesalahan teknis dan perencanaan,” kata Delfa.

Delfa mengatakan, terkait pemborong bangunan DAM tersebut, pihaknya mengakui perusahaan tersebut merupakan anggota Gapensi. Dengan adanya kasus robohnya bangunan ini, pihaknya akan memanggil si perusahaan sebagai anggota Gapensi.

“Kami sebagai asosiasi akan merapatkan secara internal terkait perkara ini. Untuk memastikan penyebab robohnya bangunan ini, pengawas proyek bisa melibatkan OPD yang berkompenten, seperti dinas PUPR,” ujar Delfa.