Jalan Tol Trans Sumatera, Potensi Dahsyat Menyatukan Ekonomi Besar di Pulau Andalas

Suasana ruas jalan tol Pekanbaru – Dumai (sumber: hutamakarya.com).

Oleh: Soesilo Abadi Piliang
(Wartawan Topsatu.com)

Tiga tahun akan datang, 2024, mega proyek jalan tol trans (JTT) Sumatera sepanjang 2.765 kilometer mulai dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hingga Lampung akan rampung. Adanya proyek JTT Sumatera senilai Rp476 triliun tersebut, pemerintah memperkirakan akan dapat menghemat waktu perjalanan hingga 53 jam.

Pengerjaan proyek infrastruktur yang masuk dalam salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, tentu banyak pertimbangan bagi pemerintah untuk mempercepat pembangunan JTT Sumatera, mengingat terdapat 58,6 juta jiwa di wilayah Sumatera dan merupakan wilayah berpenduduk terbanyak nomor 2 di Indonesia (data BPS tahun 2020) dan jutaan kendaraan yang berlalu lalang serta besarnya potensi ekonomi di Sumatera sehingga pembangunan infrastruktur merupakan hal yang tidak bisa ditunda.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memimpin rapat terbatas bersama jajarannya yang membahas percepatan proyek strategis nasional jalan tol, yaitu JTT Sumatera dan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (7/7/2020), menjelaskan bahwa keberadaan jalan tol memiliki peran yang strategis, terutama dalam memberikan dorongan bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Khusus untuk JTT Sumatera, Presiden Jokowi berharap kehadiran jalan tol tersebut bisa mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Pulau Sumatera. Menurut presiden, adanya proyek tersebut akan ada efisiensi waktu tempuh dan juga bisa meningkatkan multiplier effect 2-3 kali lipat terhadap PDB (produk domestrik bruto). Presiden juga mengatakan, pembangunan jalan Tol Trans Sumatera menyerap banyak tenaga kerja 296 ribu lapangan kerja secara langsung untuk 18 ruas yang ada. Dirinya pun berharap perekonomian nasional bisa menggeliat di tengah pandemi Covid-19.

Dalam kesempatan terpisah, sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan multiplier effect dari pembangunan tol Trans Sumatera jauh lebih besar dibanding dengan nilai investasi tol tersebut.

“Jumlah manfaat dari sisi keseluruhan permanen impact jalan Tol Trans Sumatera bisa mencapai Rp769,5 triliun jauh lebih besar dari nilai proyeknya sendiri,” kata Sri Mulyani sebagaimana dilansir tempo.co (27/12/2017).

Sri Mulyani juga menyebutkan, JTT Sumatera juga akan memberikan efisiensi operasi kendaraan, karena efisiensi yang dihasilkan dengan adanya tol tersebut bisa mencapai Rp23,36 triliun per tahun. Dengan demikian keberadaan jalan tol berdampak atas pengiritan pengeluaran biaya bagi pengguna (kendaraan) jalan tol dan efisiensi waktu, tentunya.

Mobilitas Lebih Cepat

Prof. Dr.Syafruddin Karimi, SE, MA, Guru Besar pada Fakultas Ekonomi Universitas Andalas menilai, kehadiran jalan tol membuka kecepatan mobilitas, di mana pelaku ekonomi memiliki mobilitas yang lebih tinggi dan lebih cepat. Koneksi antara sentra produksi dan sentra konsumsi menjadi lebih cepat dengan tersedianya pelayanan jalan tol. Sektor ekonomi apapun yang membutuhkan transportasi cepat akan menguntungkan dengan kehadiran jalan tol.

“Perubahan pasar dapat direspon lebih cepat sehingga harga bisa lebih stabil. Jangkauan pasar produksi lokal bisa lebih luas. Hasil produksi sebelum kehadiran jalan tol hanya terbatas pada pasar lokal, kini bisa lebih luas ke luar daerah. Pelaku ekonomi dapat menikmati ,keuntungan perdagangan lebih besar yang memberikan kesejahteraan lebih tinggi,” ujarnya saat dihubungi topsatu.com di Padang (18/3/2021).

Hal senada juga diungkapkan Prof. Ari Kuncoro, Ph.D, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) yang juga Rektor UI. Ari melihat bahwa infrastruktur transportasi yang bagus akan menekan biaya distribusi dan logistik. Rendahnya inflasi Indonesia dalam beberapa tahun belakangan terakhir, antara lain dikontribusi oleh perbaikan infrastruktur transportasi. Kemajuan infrastruktur berperan penting dalam menekan angka kemiskinan dan penurunan tingkat kesenjangan.
Ari juga menilai Sumatera merupakan engine of growth Indonesia. Berbagai komoditas perkebunan (kelapa sawit, kopi, kakao, karet, kayu), dan pertambangan (besi, aluminium, batubara, urea, timah) serta migas dihasilkan oleh Sumatera. Maka pembangunan JTT Sumatera akan mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia (beritasatu.com, 10 Maret 2019).