Jabal Rahmah, Denyut Cinta yang tak Pernah Mati

Gusnaldi Saman, wartawan Singgalang di Bukit Jabal Rahmah. doc

 

Gusnaldi Saman – Makkah

 

MAKKAH-Jabal Rahmah, bukit batu yang gersang. Di bukit itu Nabi Adam dan Siti Hawa dipertemukan, dalam balutan rindu yang tak tertahankan.

Dalam nuansa rindu itu pulalah, rombongan jemaah Rindu Baitullah dari Padang, melihat jejak cinta sepasang manusia pertama hadir di muka bumi itu. Mereka seperti praktik lapangan, tentang pelajaran yang sejak kecil dipelajari, dan kini berkesempatan mengunjunginya. Tempat yang penuh cinta.

Sengatan matahari Arafah yang tajam, Sabtu (5/10), tak menyurutkan langkah rombongan jemaah Rindu Baitullah dan ribuan jemaah lainnya untuk mendaki bukit itu. Di atasnya oleh pemerintahan Arab Saudi, dibangun tugu, yang diyakini sebagai titik pertemuan Adam-Hawa.

Sesampai di tugu itulah banyak jemaah yang menyentuhnya. Memanjatkan doa. Berharap hubungan dilanggengkan, mendapatkan jodoh, dan entah doa apa lagi.

Ulah kurenah jemaah, ada yang menempel foto di tugu, menuliskan nama. Begitu juga di sekitar batu-batu besar di sana, sudah penuh coretan. Disayangkan, sudah merusak pemandangan pula.

“Ya begitulah. Jabal rahmah, yang diyakini sebagai nuansa kasih sayang. Namun demikian, semuanya dikembalikan kepada Allah SWT,” ucap Abduh, pembimbing jemaah.

Jabal Rahmah terletak 25 kilometer sebelah tenggara Kota Makkah. Jabal Rahmah berada di selatan Padang Arafah, tempat jamaah haji berwukuf.

Jabal dalam bahasa Arab berarti gunung atau bukit. Sedangkan rahmah berarti kasih sayang. Bukit ini disebut kasih sayang karena di sanalah pertemuan Nabi Adam dan Hawa ketika diturunkan ke bumi secara terpisah. Mereka dipertemukan dan akhirnya bisa kembali merajut kasih sayang kembali.

Sejak lama, Pemerintah Arab Saudi membangun sebuah tugu yang terbuat dari beton persegi empat dengan lebar 1,8 meter dan tingginya 8 meter. Tempat tugu tersebut dibangun dipercaya sebagai titik bertemunya Adam dan Hawa.