Festival WBTB (ICHF) Akan Hadirkan Pertunjukan Lokal Hingga Internasional

PADANG-Sebuah festival besar akan digelar Pada 12 hingga 17 Oktober mendatang, di Payakumbuh, yakni festival warisan budaya tak benda (WBTB) atau Intangible Culture Heritage Festival (ICHF). Akan ada penampilan WBTB dari kabupaten/kota, sejumlah provinsi lain dan negara-negara lain.
Ada pula pameran kuliner, pacu itik hingga pameran manuskrip Tuanku Imam Bonjol salah satunya tentang perang paderi. Acara akan berpusat di Payakumbuh.
Ini bukan festival biasa, namun juga sebagai tindak lanjut dan aktifasi penetapan WBTB yang ditetapkan Unesco untuk Sumbar. Selain juga bertepatan dengan peringatan 20 tahun warisan tak benda (intangible heritage culture) Unesco 2003-2023.
Di Indonesia, Sumbar satu-satunya yang menggelar acara WBTB tahun ini. Negara lain ada yang menggelar acara serupa, misalnya maroko dan Perancis.
Festival WBTB ini terlaksana atas inisasi Ketua DPRD Sumbar, Supardi. Dana pokok pikiran (pokir) sebagai wakil rakyat menjadi sumber pendanaannya. Dinas Kebudayaan Sumbar bertindak sebagai pelaksana kegiatan.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Syaifullah mengajak masyarakat beramai-ramai menyemarakkan acara ini.
“Ini bukan sekedar festival biasa. Ini juga upaya kita mengaktifasi penetapan WBTB Unesco untuk Sumbar. Jika aktifasi tidak dilaksanakan maka bisa jadi penetapan akan dicabut,” ujar Syaifullah.
Dia memaparkan hingga tahun lalu sudah ada 75 WBTB Sumbar yabg ditetapkan dalam skala nasional. Jumlah akan bertambah 21 lagi menjadi 96.
“Sementara untuk skala internasional, Silek telah ditetapkan Unesco sebagai WBTB Sumbar,” ujarnya lagi.
Dia mengatakan festival ini selain aktifasi tentu saja untuk menyemarakkan semangat pelestarian WBTB di tengah masyarakat. Terutama pula untuk mengekspos WBTB Sumbar sebagai potensi budaya yang mampu menarik minat wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk berbondong-bondong ke Sumbar.
Syaifullah mengatakan diharapkan destival WBTB akan terlaksana berkelanjutan, tidak hanya sekali ini saja.
Ketua DPRD Sumbar, Supardi yang menginisasi terlaksananya festival ini mengatakan kebudayaan merupakan aset paling potensial yang dimiliki Sumbar untuk melejitkan nama provonsi ini dalam hal pariwisata.
“Kita harus punya grand desain kebudayaan dan pariwisata. Hulunya adalah kebudayaan dan hilirnya pariwisata,” ujarnya.
Dia menilai Sumbar tak bisa hanya menawarkan pesona alam. Banyak negara miliki pesona alam. Justru kebudayaan Sumbar memiliki potensi besar yang bisa mengharumkan nama provinsi ini di skala nasional maupun internasional. Kebudayaan ini autentik dimiliki Sumbar.
“Dan ternyata kita punya WBTB yang sudah ditetapkan Unesco. Salah satunya silek yang ditetapkan skala internasional. Ini harus disambut, itulah mengapa festival WBTB ini dilaksanakan,” tegasnya
Supardi mengatakan, festival yang akan digelar ini merupakan upaya untuk terus melestarikan atau memasyarakatkan WBTB yang ada di Sumbar.
“Ini adalah upaya kita untuk melestarikan budaya kita terkhusus kepada generasi muda. Kita harus terus memiliki kesadaran bahwa budaya kita adalah harta yang sangat berharga,” ujarnya.
Selain itu kegiatan yang akan digelar ini juga untuk menjadikan WBTB menjadi objek destinasi wisata unggulan di Sumatera Barat.
“Kita berkeyakinan bicara tentang pariwisata, maka yang bisa kita unggulkan untuk bisa dilirik oleh dunia itu adalah pariwisata berbasis budaya. Makanya kita harus sadari budaya adalah harta yang harus dilestarikan,” kata dia.
Supardi berharap kegiatan yang digelar ini dapat terus menambah kebanggaan masyarakat Indonesia khususnya Sumbar terhadap warisan budaya tak benda.
“Kalau dunia luar mereka lebih dahulu telah melakukan branding terhadap warisan budaya tak benda. Kita berharap masyarakat kita juga jangan jauh tertingal. Grand desain pariwisata dan budaya kita harus ada. Saat ini DPRD Sumbar juga sedang menyusun perda tetang kebudayaan,” katanya lagi.
Sementara itu Direktur Festival WBTB S. Metron menjabarkan festival akan dibagi menjadi tiga skala, skala lokal, nasional dan internasional.
Skala lokal, akan ada 19 kabupaten kota yang menampilkan atau memamerkan WBTB masing-masing.
“Sebanyak 10 kabupaten kota akan melakulam pertunjukkan, 9 lainnya kuliner,” ujarnya.
Skala nasional, direncanakan ada tari saman (Aceh), pantun (Riau), Angklung (Jawa Barat), Silat (Banten), Sumbar (Silat).
Skala internasional, direncanakan negara prioritas yakni Mesir (Tahtib), China/Tiongkok (Wushu), India (Qauwali), Filipina (Silat, Arnis), Vietnam (silat). Negara rekomendasi, Malaysia (pantun dan silat), Singapura (silat), Thailand (silat).
Ada pula acara pacu itik, pameran kuliner dan pameran manuskrip Tuanku Imam Bonjol salah satunya tentang Perang Paderi.
“Karena ini satu-satunya di Indonesia dan bertepatan dengan 20 tahun WBTB Unesco, jadi kita juga akan undang Unesco Perwakilan Indonesia dan utama lagi Presiden Joko Widodo,” paparnya. (401)