Disusun DLH Provinsi, Sumbar Segera Miliki Buku Profil Kehati

Peserta Konsultasi Publik Penyusunan Profil Kehati Sumbar Tahun 2009 foto bersama usai acara. (yn)

PADANG – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumatra Barat (Sumbar) sedang menyusun buku profil Keanekaragaman Hayati (Kehati) yang ada di daerah ini. Tim identifikasi dan inventarisasi telah mencatat ada 1.155 Kehati yang ada di provinsi ini.

Jumlah itu terdiri dari 551 jenis angiospermal atau tumbuhan, 107 jenis ikan air tawar, 385 jenis amfibia, 42 jenis reptilian, dan 129 mamalia.

“Ini belum termasuk jenis Kupu-Kupu, Serangga di udara atau di tanah, dan masih banyak lagi yang perlu diidentifikasi,” kata Ketua Tim Identifikasi dan Inventarisasi Kehati, Dr. Wilson Novarina usai Konsultasi Publik Penyusunan Profil Kehati Sumbar Tahun 2009 yang dilaksanakan di DLH Sumbar, Selasa (10/12).

Wilson bersama rekannya, Dr. Nurainas melakukan identifikasi dan inventarisasi Kehati memanfaatkan data primer, sekunder dan survei lapangan. Juga profil Kehati dari kabupaten/kota yang sudah membuat buku serupa. Seterusnya dari data dinas terkait serta hasil penelitian para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk data dari lembaga penelitian.

Namun diakuinya, hal itu belum cukup, karena memang mengidentifikasi Kehati memiliki tingkat kesulitan sendiri. Akan tetapi, mengidentifikasi dan menginventarisasi Kehati adalah amanat Undang-Undang 5 tahun 1994 tentang Ratifikasi Convention on Biodiversity. Juga Permen LH No. 29 tahun 2009.

Menurut Wilson, pada 2009 lalu, Buku Profil Kehati Sumbar sebenarnya telah disusun. Hanya saja, 10 tahun sejak buku itu hadir, sejumlah Kehati sudah menghilang dan juga ada spesies yang baru muncul dan belum masuk dalam profil tersebut.

“Hilangnya satu kehati, bisa menghilangkan atribut kebudayaan kita. Maka, perlu secara berkala untuk memantau,” sarannya.

Dia mencontohkan, dulu beberapa tahun lalu, masyarakat di daerah ini berobat dengan menggunakan beragam tumbuhan, seperti Cikumpai, Cikarau, Sitawa dan Sidingin. Kini beragam tumbuhan tersebut mulai sulit didapatkan dan masyarakat juga mulai meninggalkan kebiasaan tersebut.

Sebelumnya, Kepala DLH Sumbar, Ir. Siti Aisyah, MSi., dalam sambutannya yang dibacakan Kabid Tata Lingkungan, Yosmike Yusra mengatakan, penulisan Buku Profil Kehati adalah amanat Peraturan Menteri Negara Lingkungan No. 29 tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di daerah.

“Keanekaragaman hayati bervariasi menurut masing-masing daerah yang menunjukkan kekhasan, baik tumbuhan maupun satwa atau hewan,” katanya.

Profil Kehati mempunyai manfaat dan nilai penting bagi daerah sebagai data dasar tentang kehati daerah, kekuatan tawar pada saat komponen kehati akan diakses pemohon, dan pendukung pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, penyusunan strategis dan rancang tindak pengelolaan kehati daerah.

Sedangkan konsultasi publik dilaksanakan lanjutnya, sebagai bagian dari sosialisasi draft profil kehati, sehingga semua pemangku kepentingan terlibat secara aktif dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati.

Sekaligus untuk memvalidasi data atau informasi serta mendapatkan saran dan masukan publik guna pengayaan profil kehati Sumbar. Dengan kata lain, jumlah Kehati yang terdata tersebut bisa jadi akan bertambah sebelum finalisasi data.(yn)