Cara Rumah Kebaya di Limapuluh Kota Bertahan Ditengah Perkembangan Zaman

Amrida (68) seorang pengrajin kebaya asal Limapuluh Kota memperlihatkan hasil jahitannya.(esa)

LIMAPULUH KOTA – Amrida (68) warga Jorong Kapalo Koto, Nagari Simalonggang, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat adalah sosok perempuan yang sukses dengan usaha rumah kebayanya.

Usaha yang ia geluti sejak 1984 tersebut mampu bertahan ditengah perkembangan zaman. Bahkan baju tradisional tersebut telah menjajaki pasar disejumlah kota besar di Indonesia.

Tempo hari lalu Topsatu.com berkesempatan menemui ibuk Amrida dirumahnya di Nagari Simalonggang, Kecamtan Payakumbuh. Ditengah kesibukannya itu ia tetap menyambut saya dengan ramah.

Sosok inspiratif dan perempuan tangguh, itu lah kata yang saya sematkan pada pertemuan pertama saya dengan ibu yang sudah malang melintang didunia fesyen itu. Diusianya sudah terbilang senja ia masih aktif berkreasi dan berwirausaha.

Disamping kiri rumah Amrida tampak tersusun memanjang mensin jahit bagi karyawan jahitannya, sebalah kanan adalah galeri tempat pemajangan hasil kebaya yang sudah dijahit itu.

Dalam galeri itu tampak kebaya bermotif bunga mendominasi dari sejumlah kain yang dipajang, ragamnya pun berbeda, ada lengan panjang dan pendek.