Warga Solok Selatan Pilih Tinggal di Tenda

Warga yang luka mendapat pengobatan dari tim kesehatan. (von)

PADANG ARO – Warga Solok Selatan (Solsel) yang terdampak bencana gempa masih trauma untuk menguhuni rumah, karena takut bakal terjadi gempa susulan. Mereka lebih memilih tinggal di tenda darurat yang didirikan tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Kamis (28/2).

“Warga saat ini masih mengalami trauma dan lebih memilih tinggal di tenda pengungsian,” kata Walinagari Sungai Kunyit, Kecamatan SBJ, Rusnijal, Kamis (28/2).

Kecamatan SBJ, imbuh Rusnijal, lokasi terparah berada di Jorong Koto Sungai Kunyit. “Tenda dan dapur umum sudah didirikan oleh pihak BPBD dan Dinas Sosial. Untuk rumah yang rusak berat, warga mengharapkan segera bisa diperbaiki,” katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Solsel, Novirman menyampaikan data korban jiwa yang meninggal dunia tidak ada. Namun, data sementara korban yang mengalami luka-luka hingga pukul 15.00 WIB berjumlah 51 orang.

Pihaknya juga mendirikan posko kesehatan di empat titik, yakni di Puskesmas Mercu, Abai, Talunan dan Puskesmas Bidar Alam.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil rapat yang dilakukan Pemkab Solsel, jika Posko media center dan posko BPBD diputuskan di kantor camat SBJ selama masa tanggap darurat 14 hari kedepan sampai dengan 13 maret 2019.

“Ditetapkan dalam rapat hari ini bersama Wakil Bupati, Abdul Rahman,” katanya.

Kemudian, semua pasien terdampak gempa yang berobat ke sarana kesehatan di semua Puskesmas dan RSUD tanpa kerkecuali digratiskan.

Sekretaris BPBD Solsel, Sumardianto, mengatakan, tim reaksi cepat (TRC) dan assesment terus melakukan upaya penanganan darurat bencana, dengan mendirikan tenda dan posko kesehatan. “Sebagian korban gempa di Kecamatan SBJ terpaksa menginap di tenda pengungsian. Mereka ini, adalah korban gempa yang rumahnya mengalami rusak berat,” ujarnya.

Jumlah pengungsi korban gempa yang berada di tenda-tenda darurat, berjumlah 55 KK. (von)