Wabah Covid tak Surutkan Pernefri Korwil Sumbar Riau Kepri Update Ilmu

Koordinator Pernefri Wilayah Sumbar Riau Kepri Dr. dr. Harnavi Harun, SpPD-KGH, FINASIM, foto bersama bersama dengan Ketua Panitia Pelaksana Padang Nephron III-2022 dr. Drajad Priyono, SpPD-KGH, FINASIM., Sekretaris Panitia Pelaksana dr. Deka Viotra, SpPD-KGH, serta Bendahara dr Evelin Veronike, SpPD. Yuke

PADANG-Wabah Covid-19 tak menyurutkan keinginan dari para tenaga medis dalam menuntut ilmu. Buktinya Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Koordinator Wilayah (Korwil) Sumbar-Riau-Kepri, akan menggelar pertemuan ilmiah Padang Nephrology and Hypertension (Nephron) III 2022, pada Sabtu-Minggu(5-6 Maret 2022) di Padang.

Koordinator Pernefri Wilayah Sumbar Riau Kepri, Dr. dr. Harnavi Harun, SpPD-KGH, FINASIM mengatakan pertemuan ilmiah yang digelar bertujuan untuk mengupdate ilmu bagi para tenaga kesehatan.

“Kasus ginjal dan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahun. Makanya dibutuhkan update ilmu dari para pakar. Harapannya pelayanan untuk masyarakat lebih maksimal,” terang Harnavi, saat jumpa pers di Bagian Penyakit Dalam RS M Djamil, Selasa (1/3).

Dijelaskannya, penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan dunia dengan beban biaya kesehatan tinggi. Padahal penyakit dapat dicegah dengan upaya pencegahan, pengendalian dan tatalaksana hipertensi dan diabetes melitus sesuai standar.

“Gaya hidup menjadi salah satu penyebab sakit gagal ginjal meningkat. Rata-rata pasiennya usia produktif,” terang Harnavi.

Dijelaskannya, sekarang ini banyak masyarakat yang malas bergerak. Semuanya dikendalikan teknologi. Akibatnya aktivitas fisik jadi berkurang. Kondisi itu menimbulkan risiko terjadi gangguan ginjal. Karena itu setiap orang diharapkan mampu mengetahui risiko gangguan gagal ginjal.

“Penyakit ginjal suatu gangguan yang terjadi pada organ ginjal. Penyakit ini timbul akibat berbagai faktor. Misalnya tumor, infeksi, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif dan lainnya. Penyakit ginjal kronis biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan cuci darah/ dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10 persen yang benar-benar mengalami perawatan tersebut,” ujarnya.

Lebih jauh dijelaskannya, pandemi Covid-19 yang mulai pada awal 2020 di Indonesia memberikan dampak disegala aspek kehidupan, tidak terkecuali kepada pasien-pasien dengan penyakit ginjal. Pasien-pasien ini sangat arentan tertular Covid-19. Karena pasien terpaksa keluar rumah karena adanya jadwal kunjungan rutin ke rumah sakit untuk pengobatan dan juga rutin menjalani hemodialisa setiap minggunya.

Skrining Covid-19 pada pasien ginjal yang akan ke rumah sakit sangat penting. Jika tidak dilakukan dengan baik akan menyebabkan penyebaran Covid-19 semakin meluas dan akan memperburuk perjalanan penyakit ginjal pasien.

Ketua Panitia Pelaksana dr. Drajad Priyono, SpPD-KGH, FINASIM, menjelaskan pertemuan ilmiah Padang Nephron III dengan tema New Challenges Kidney and Hypertensio Care in New Normal akan dihadiri sebanyak 566 peserta. Mereka terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

“Karena sekarang masih dalam masa Covid-19 penyelenggaran acara digelar secara daring dan offline. Kegiatan secara tatap muka (langsung) ini, akan diikuti sekitar 200 peserta. Sisanya, mengikuti secara daring,” kata Drajad, didampingi Sekretaris Panitia Pelaksana dr. Deka Viotra, SpPD-KGH, serta Bendahara dr Evelin Veronike, SpPD.

Pertemuan ilmiah itu akan dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dr. dr. Afriwardi, SH, SpOK, MA. Narasumber pertemuan ilmiah ini adalah Pakar-Pakar Ginjal-Hipertensi yaitu Prof. dr. Jose Roesma, PhD, SpPD-KGH, Prof. dr. Wiguno Prodjosudjadi, PhD, SpPD-KGH, dan Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB Pernefri) dr. Aida Lydia, PhD, SpPD-KGH.