UNP Turunkan Tim Konseling Trauma Peduli Korban Gempa Pasaman

UNP Turunkan Tim Konseling Trauma Peduli Korban Gempa Pasaman.(ist)

PADANG – Universitas Negeri Padang (UNP) menurunkan tim Konseling Trauma BK Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP dan HMJ BK FIP KM UNP yang terdiri dari dosen dan mahasiswa BK FIP UNP sebagai bentuk kepedulian UNP terhadap Pasaman.

Adapun tujuan konseling trauma ini menghilangkan trauma pada masyarakat korban gempa. Tim konseling trauma BK FIP UNP berusaha untuk membantu agar masyarakat Pasaman-Pasaman Barat korban bencana gempa itu tidak lagi mengalami trauma dalam diri mereka.

Tim konseling trauma ini turun ke lapangan itu setelah 2 minggu pasca gempa, karena dalam waktu itulah yang efektif untuk melakukan konseling trauma, tepatnya di daerah Kampuang Auo dan Jorong I.

Kegiatan ini dibagi atas 3 tim yaitu, Tim Konseling Trauma Anak-anak dari mahasiswa program studi S1, bertugas menghilangkan trauma yang ada pada anak-anak korban pasca gempa.

Teknik yang dilakukan yaitu play therapy konseling atau mewarnai, menyusun puzzle dan finger painting yang mana melalui warna dapat diketahui bahwa apakah anak tersebut mengalami trauma.

“Ada salah seorang anak mewarnai gambar dengan warna yang dominan coklat yang mana alasan anak tersebut bahwa dia masih ingat dengan bencana galodo yang berwarna coklat,” kata Zikra perwakilan tim konseling trauma, Selasa (15/3/2022).

Disamping itu, anak-anak yang mewarnai dengan tidak rapi maka dapat dikatakan anak tersebut memiliki sedikit trauma. Sambil mewarnai, tim konseling trauma juga menanyakan hal-hal kecil kepada anak-anak korban gempa.

Selanjutnya, Tim Konseling Trauma Remaja dari Dosen dan Mahasiswa S2, S3, dan Pendidikan Profesi Konselor yang melakukan konseling dewasa.

Menurut Zikra, masyarakat disana hanya memiliki sedikit trauma akan bencana gempa, tetapi yang mereka khawatirkan yaitu bagaimana melangsungkan kehidupan normal sebelumnya.

Semangat dalam diri masyarakat tersebut sudah hilang karena memikirkan kelangsungan hidup normal tadi, karena mereka tidak mempunyai biaya untuk membangun rumah, melanjutkan sekolah anak-anaknya.

“Serta untuk kehidupan selanjutnya, dan hingga sekarang pun mereka hanya mengharapkan bantuan-bantuan yang dikirimkan ke lokasi sepertinya masyarakat korban gempa juga membutuhkan uang untuk membangun rumah mereka,” tambah Zikra. (107)