Tulisan Yang Menggerakkan

Pemerhati Pendidikan, Ikhsyat Syukur.

Oleh Pemerhati Pendidikan, Ikhsyat Syukur

Sepanjang minggu lalu penulis menerima sejumlah tulisan para wartawan yang sedang mengikuti program Fellowship Jurnalis Pendidikan (FJP) Batch IV. Sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP). Tulisan tersebut bersumber dari pembekalan yang penulis berikan dengan tajuk ‘Peran Strategis dan Tugas Mulia Wartawan untuk Turut Serta Memajukan Masyarakat dan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Melalui Karya Jurnalistik Berkualitas’ seminggu sebelumnya.

Tulisan 15 peserta FJP Batch IV tersebut bervariasi mulai dari yang secara jeli mengangkat hal penting sebagai angle berita, hingga yang hanya menyadur secara utuh materi pembekalan layaknya sebuah karya terjemahan. Kesimpulan sementara, para wartawan harus lebih banyak membaca dan rajin menulis.

Perbedaan sudut pandang dan kualitas tulisan seorang wartawan merupakan refleksi dari wawasan, penguasaan terhadap materi, pengalaman (jam terbang), hingga kemampuan menulis yang (seharusnya) di atas rerata penulis umumnya. Terlebih kegiatan tulis menulis adalah hal yang rutin dalam keseharian seorang wartawan. Meskipun dalam kenyataan menunjukkan bahwa rutinitas penulisan dapat membuat para wartawan terjebak dalam kepraktisan yang berujung pada kualitas tulisan yang cenderung stagnan. Dibutuhkan semangat yang tinggi dalam menjaga kreatifitas dan kemauan untuk terus belajar dan menjadi lebih baik.

Seorang wartawan yang baik sejatinya harus cerdas bahkan melampaui narasumbernya. Dengan kecerdasannya tersebut, sang wartawan akan menyampaikan pertanyaan yang berbobot pada saat temu pers untuk mendapatkan pendalaman isu/info, pun akan mampu mengolah setiap rilis yang diterima menjadi sumber tulisan yang berkualitas dan menarik. Kecerdasan yang di atas rerata ini, harus dimiliki oleh para wartawan. Dan ini bukan hal yang sulit, mengingat setiap hari para wartawan akan terasah kecerdasannya melalui temuan terhadap info baru yang harus divalidasi untuk menjaga kesahihan tulisan. Kedisiplinan untuk mencek ulang kebenaran setiap informasi inilah yang secara tanpa sengaja akan melatih kecerdasan para wartawan.

Sebagaimana sebutannya maka tugas utama profesi ini adalah mewarta. Menyampaikan berita dari berbagai sumber dan temuan kepada para pembaca, pendengar dan pemirsa. Dan berita yang disampaikan harus steril dari opini pribadi sang wartawan. Namun para wartawan harus tetap membandingkan setiap berita yang diperoleh dari satu narasumber dengan sumber berita atau pusat informasi lainnya. Hasil perbandingan inilah yang kelak dijadikan rangkuman untuk kemudian disajikan dalam bentuk berita yang komprehensif. Kedisiplinan untuk senantiasa melakukan pembandingan (analisa) ini akan menjadi salah satu penyebab meningkatnya kecerdasan para wartawan. Olah kreatifitas menjadi kata kunci dalam meningkatnya kecerdasan.

Selanjutnya sebuah tulisan atau liputan jurnalistik yang baik dan berkualitas harus mampu membuat para pembaca tercerahkan. Pencerahan bukan hanya dengan kebenaran informasi semata, melainkan juga mampu menggugah para pembaca untuk mencari tahu keberlanjutan isi berita secara mandiri. Gugahan inilah yang pada gilirannya akan mampu menggerakkan para pembaca untuk berfikir, bersikap dan berbuat lebih baik dalam segala hal. Tulisan yang menggerakkan ini hanya muncul dari para wartawan yang berhasil menampilkan muatan (ruh) dalam setiap tulisannya. Muatan ini dapat dimulai dari pilihan kata yang tepat untuk dinarasikan dalam setiap liputan. Selanjutnya tulisan yang menggerakkan harus memiliki ide yang berhasil dirangkum oleh wartawan dari setiap narasumber dan rilis yang diterima. Pemilihan kata dan narasi serta pemuatan ide merupakan hasil dari proses olah tulis (tulis menulis yang berkelanjutan) dari wartawan yang memiliki motivasi untuk menghasilkan karya jurnalistik berkualitas.

Akhirnya kembali diingatkan bahwa wartawan memiliki peran strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Ini terbukti dengan sejumlah Founding Fathers yang berlatarbelakangkan profesi ini. Namun perlu dicatat bahwa hanya para wartawan cerdas yang mampu mencerdaskan dan menggerakkan para pembaca, pendengar dan pemirsa yang bernama Bangsa Indonesia. Semoga.

Ikhsyat Syukur
Sub 040622