Telusuri Sejarah Islam, Wartawan Padang Panjang Berwisata ke Barus

PADANG PANJANG – Puluhan wartawan di Kota Padang Panjang melakukan wisata sejarah ke Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatra Utara, Kamis-Sabtu (9-11/12). Turut mendampingi Asisten II Setdako H. Iriansyah Tanjung, Kadis Kominfo H. Ampera Salim dan sejumlah staf Kominfo.

Barus sengaja dipilih lantaran daerah itu menyimpan sejarah penting penyebaran Islam di Indonesia. Di Barus ada monumen dan prasasti Titik Nol Penyebaran Islam di Indonesia.

Prasasti dan monumen yang ada di pinggir pantai Samudera Hindia itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, Maret 2017 silam. “Monumen ini sebagai simbol bahwa di sinilah pertama kali Islam masuk ke Indonesia,” ujar Iriansyah Tanjung, putra asli Barus.

Tempat bersejarah lain yang dikunjungi adalah makam Syekh Mahmud Bin Abdurrahman Bin Muaz Bin Jabal, salah seorang penyebar Islam yang pertama kali datang ke Barus. Kuburan ulama asal Yaman itu berada di puncak bukit.

Untuk sampai di makam itu, butuh perjuangan yang cukup berat. Ada 700 lebih anak tangga yang harus didaki, diantaranya ada yang kemiringannya mencapai 45 derajat.

“Sungguh berat perjuangan untuk mencapai makam yang berada di puncak bukit. Saya dan kawan-kawan harus berhenti beberapa kali istirahat. Namun dengan dorongan ingin melihat langsung kuburan ulama tersebut, semua rasa berat itu mampu saya lawan,” kata Musriadi, wartawan Harian Singgalang.

Ketika sampai di puncak, hilanglah rasa lelah para wartawan itu. Mereka langsung meneriakan kalimat takbir, Allahu Akbar. Setelah berdoa bersama, masing-masing sibuk mengabadikan keindahan pemandangan dari puncak. Tampak laut dan pantai, pepohonan dan persawahan.

Tempat bersejarah lainnya yang dikunjungi adalah Komplek Pemakaman Mahligai. Di komplek pemakaman itu dikuburkan sejumlah ulama asal Arab. Diantaranya makam Syekh Rukunuddin, Syekh Muazzam Syah, dan Syekh Zainal Abidin Ilyas.

Pada Jumat malam, rombongan juga menyakaikan keindahan sebuah jembatan yang diberi nama Hamzah Alfanshuri. Jembatan yang dibangun dengan biaya Rp53 milyar itu dilengkapi dengan lampu sorot warna-warni, sehingga tampak indah pada malam hari.

“Ide membangun jembatan ini muncul dari bupati yang juga putra Barus, Bapak Bakhtiar Ahmad Sibarani. Langkah bupati muda ini (38 tahun) sangat tepat. Selain membuka akses transportasi ke sejumlah daerah yang selama ini terisolasi, kini juga jadi ikon wisata,” ucap Iriansyah Tanjung.

Kunjungi Kominfo

Selain menelusuri sejarah masuknya Islam di Indonesia melalui Barus, rombongan wartawan Kota Serambi Mekah juga bersilaturahmi dengan Dinas Kominfo Kota Sibolga dan Dinas Kominfo Kabupaten Tapteng.