Petani Kopi di Sawahlunto Butuh Mesin Pengolah

Ceri kopi sedang diolah. Biji kopi arabika ini dibeli dari petani kopi di Solok Selatan. (Foto: Walhi Sumbar)

SAWAHLUNTO – Produksi kopi robusta petani Puncak Cani Desa Muarokalaban, Kecamatan Silungkang, Sawahlunto mulai meningkat menjadi 1,5 ton setiap 6 bulan.

“Kini, kami sudah rutin panen satu kali dalam sepekan. Satu musim panen dalam hitungan 6 bulan bisa mencapai 1,5 ton,” kata Ketua Kelompok tani kopi Tunas Baru di Puncak Cani, Abi Harmoni, Kamis (25/11).

Ia mengatakan, produksi 1,5 ton kopi robusta itu dikumpulkan dari 8 hektar di lahan yang tidak satu hamparan. Produk kopi robusta petani ini di jual ke Jambi dengan harga saat ini dikisaran Rp25.000 hingga Rp30.000 per kilogram.

“Harga jual kopi sebesar itu, masih dalam bentuk biji. Tentunya, harga akan lebih bersaing kalau kami bisa menjual dalam bentuk olahan. Mesin pengolah kopi itu yang kami perlukan untuk meningkatkan daya jual dan daya saing,” ujar Abi.

Dikemukakan Ketua Kelompok tani, dengan telah dibuka akses jalan ke perkebunan kopi di Puncak Cani, secara transportasi semakin memudahkan untuk membawa kopi yang sudah dipanen, bisa lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan penggunaan prasarana lainnya. (201)