Opini  

Penyalahgunaan Morfin di Kalangan Masyarakat 

Oleh Farhan Mahdy, Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia

Pada setiap negara terdapat tumbuhan yang tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berasal dari bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah jelas bahayanya bagi manusia. Para pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara pengguna tertentu.
Apa saja efek negatif yang terdapat pada pecandu narkoba?

Efek negatif secara umum yaitu bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Pada kasus ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).

Bagaimana dengan morfin? Narkotika morfin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit dengan intensitas sedang hingga parah, seperti nyeri pada kanker atau serangan jantung. Untuk mengatasi nyeri, morfin dapat dikonsumsi sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lainnya.

Cara mengatasi nyeri, morfin bekerja dengan cara menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga tubuh tidak merasakan sakit. Meskipun morfin dapat menyebabkan kecanduan hingga mengakibatkan overdosis yang bisa membahayakan nyawa. Untuk mencegah terjadinya hal itu, penggunaan morfin harus sesuai dengan anjuran dokter dan diawasi oleh dokter.

Nah untuk dosis morfin pada setiap pasien itu berbeda-beda, tergantung dari tingkat keparahan rasa sakit, respons terhadap obat, dan bentuk obat. Morfin juga ada dalam bentuk suntik hanya diberikan oleh dokter di rumah sakit. Untuk anak-anak, penggunaan dan dosis morfin harus ditentukan oleh dokter.

Morfin juga termasuk golongan obat analgesic opium. Bisa didapatkan di apotek mana saja jika memiliki resep asli dari dokter. Morfin juga merupakan jenis narkotika golongan pertama dan untuk membuktikan seseorang memakai morfin dapat dilakukan melalui analisis urine di laboratorium metode ekstraksi Deckert yang dimodifikasi oleh F.W.Oberst.

Untuk waktu pendeteksian dapat dilaksanakan seperti masukkan 35 ml urine ke dalam sebuah gelas beker, dijenuhkan dengan kristal Natriumbikarbonat, disaring, ambil filtratnya. Masukkan 25 ml filtrat ke dalam corong pemisah, ditambahkan larutan etil asetat dengan jumlah volume yang sarna, dikocok kuat-kuat selama 3 menit, dibiarkan sehingga terbentuk dua lapisan etil-asetat nya.

Ekstraksi diulangi sekali lagi. Lalu saring ekstrak etil-asetat dengan kertas saring yang kering untuk menghilangkan sisa-sisa urine yang masih ada. Tambahkan kepada ekstrak 0,2 ml larutan asam khlorid 0,5 %, diuapkan sampai kering di dalam sebuah cawan porselein.

Larutkan residu dengan 1,5 ml aquadest dan 0,2 ml larutan asam sulfat 7 %. Tambahkan 0,2 ml larutan ammonium molibdat 10 %, biarkan selama 20 menit.

Saring dengan kertas saring basah ke dalam sebuah tabung reaksi. Cuci kertas saring tiga kali, setiap kalinya dengan 0,5 ml aquadest. Air pencuci biarkan bercampur dengan filtrat. Volume total filtrat ditambah air pencuci jangan lebih dari 3 ml.
Tambahkan 0,1 ml (2 tetes) ammonium vanadat 2 %, diaduk. Jika morfin ada, maka dalam waktu yang singkat campuran akan menjadi keruh karena terbentuknya granula warna putih molibdat-vanadat kompleks. (*)