Opini  

Menunggu Gagasan Besar di Balik Diskusi dan Hiking FMM 2023

Oleh: Syafruddin AL

Akhir bulan ini, 28 – 29 Januari, Keluarga Besar Forum Minang Maimbau kembali menggelar diskusi sambil melakukan hiking di Payakumbuh. Dalam banyak terjemahan, hiking adalah kegiatan berjalan kaki dalam suatu kawasan pedesaan. Ada mendaki, menurun dan mendatar. Kegiatan ini sudah beberapa kali dilakukan oleh FMM yang merupakan salah satu group Whats App yang ‘dinahkodai’ pengusaha energik asal Minang, Firdaus HB.

Nama Firdaus muncul ke tingkat nasional ketika Pak Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden periode 2004 – 2009. Pak JK, pada dasarnya adalah seorang saudagar dari Bugis yang beristerikan orang awak dari Lintau Buo, Tanah Datar. Sementara Firdaus HB adalah saudagar asal Minang yang muncul dari bawah dan memulai bisnis di Surabaya, Jawa Timur.

Ketika sejumlah perantau Minang dari berbagai penjuru dunia membuat sebuah perkumpulan melalui jaringan internet; Rant@u.net, Firdaus yang ada dalam group ini menggagas pertemuan para Saudagar Minang seperti yang dilakukan oleh para Saudar Bugis yang diinisiasi oleh Pak JK. Beberapa kali Firdaus hadir di Makassar untuk menyimak pertemuan Saudagar Bugis, lalu kemudian melontarkan ide ini ke elit Minang di Jakarta. Gayung bersambut, sejumlah saudagar Minang, seperti Fahmi Idris, Zairin Kasim, Irman Gusman, Basril Djabar, Basrizal Koto dan lain-lain, menyambut baik ide ini untuk menggelar Temu Saudara Minang sedunia di Sumatera Barat.

Beberapa waktu kemudian, para saudagar Minang memang berhasil dihimpun dan menggelar acara di Ranah Minang yang langsung dihadiri dan dibuka oleh Pak JK selaku Wakil Presiden. Maka gegap gempita jugalah ranah ketika itu.

Ada banyak harapan yang tertumpang dari pertemua para saudagar Minang di kampung halamannya sendiri ini. Sejumlah saudara yang memberikan tertimoni tentang history bagaimana mereka membangun usaha, diharapkan bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi generasi muda Minang untuk bisa kemudian berkecimpung di dunia usaha. Juga ada harapan bagaimana para pengusaha Minang bisa membangun jaringan bisnis bersama (business networking) untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di ranah dan di rantau.

Kalau inspirasi dan motivasi dari pertemuan Forum Saudagar Minang, saya kira pasti ada. Cukup banyak juga anak muda yang pernah ikut terlibat dalam kegiatan temu saudagar itu, sekarang sudah menjadi pengusaha dalam berbagai bidang usaha. Tapi, apakah sudah sukses atau belum, itu tergantung waktu dan keuletan. Namun untuk hal kedua, membangun jaringan bisnis bersama, tunggu dulu. Itulah titik lemah para saudagar Minang hingga sekarang. Bekerja bersama-sama untuk suatu kegiatan, pasti bisa. Namun untuk bekerjasama dalam sebuah jaringan usaha, mereka sepertinya belum bisa saling percaya. Itu sudah sejak dulu, sehingga pengusaha dan elit Minang muncul dan besar memang karena kemampuan diri sendiri secara sendiri-sendiri, belum bisa saling membesarkan.

Kembali ke lap-top. Saya jadi bertanya-tanya, apakah diskusi dan hiking FMM ini juga bisa menghasilkan sesuatu yang lebih konkret dan bermanfaat untuk kemajuan kampung halaman di masa mendatang? Tentu bisa. Tour de Singkarak saja yang digagas oleh mantan Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar dan didukung sejumlah urang awak di lingkaran beliau, mampu membuka mata pejabat, pengusaha dan masyarakat Sumatera Barat tentang arti penting pariwisata untuk pertumbuhan ekonomi. Sepuluh tahun terakhir, selain hotel, pertumbuhan destinasi pariwisata di ranah cukup signifikan, walaupun pengelolaan dan pembenahan destinasinya masih jauh dari harapan.

Kawasan Mandeh yang tidak bisa dilepaskan dari sentuhan tangan seorang Andrinof Chaniago, yang ketika menjadi Menteri/Ketua Bappenas berhasil meyakinkan presiden dan DPR untuk membangun jalan membelah kawasan ini dari Tarusan hingga ke batas Kota Padang, misalnya, belum bisa dikembangkan menjadi sebuah kawasan wisata internasional yang mestinya bisa menjadi andalan dan kebanggaan Sumatera Barat. Pondok dan tenda warna warni seperti di Kelok 9 Limapuluh Kota, sungguh merusak keindahan alam di kedua kawasan yang mungkin dulunya tercipta ketika Tuhan tersenyum.

Saya yang tak mungkin bisa ikut mendengar diskusi dan hiking bersama FMM di Payakumbuh ini, sangat berharap, kegiatan yang akan dihadiri sejumlah dedengkot Minangkabau dari berbagai latar belakang profesi di ranah dan di rantau, itu mampu melahirkan gagasan besar untuk kemajuan Sumatera Barat ke depan. Rencana pembangunan jalan tol Padang – Pekanbaru yang sudah terlunta-lunta selama sekian tahun, misalnya, mungkin bisa diurai melalui diskusi ini. Mungkin juga bisa melihat dan membedah posisi PT Semen Padang setelah bergabung dengan PT Semen Indonesia, apakah masih bisa diharapkan menjadi “loko motif” pembangunan ekonomi Ranah Minang ke depan? Apakah semua cerobongnya masih berasap atau tidak?

Yang pasti, orang luar (di luar Sumatera Barat) hanya tahu, para pemikir dan penggagas besar untuk bangsa ini, justru berasal dari Ranah Minangkabau. Mudah-mudahan yang ikut berdiskusi dan hiking dalam minggu ini, mampu menyuguhkan ide-ide besar untuk kemajuan ranah sambil menikmati indahnya alam Minangkabau yang sungguh memesona ini. Semoga!