Macet Kotobaru Ganggu Aktivitas Warga Kotolaweh dan Pandaisikek

Kanit Patroli Satlantas Polres Padang Panjang Ipda Denny Wustandy, bersama jajaran, mengatur arus lalu lintas dan pedagang di Pasar Kotobaru.(ist)

TANAH DATAR – Aktivitas masyarakat Nagari Kotolaweh dan Pandaisikek di Kecamatan X Koto terganggu, ketika arus kendaraan yang melintas di jalan nasional Padangpanjang-Bukittinggi dialihkan ke kampung mereka, akibat macet akut di seputaran Pasar Kotobaru.

Macet akibat aktivitas pasar holtikultura terbesar di jantung Sumatera Barat itu sudah berlarut-larut. Banyak sudah solusi yang ditempuh, namun selalu gagal.

Penanganan daruratnya adalah dengan mengalihkan arus kendaraan ke jalan alternatif; Pasa Rabaa, Kotolaweh, Tanjuang, Kototinggi, dan keluar di dekat Pasar Amur. Begitu pula sebaliknya.

Tapi kondisi jalan alternatif itu tidak memungkinkan arus kendaraan dalam jumlah besar. Jalannya sempit, banyak tikungan, menanjak, menurun, kiri kanan dipenuhi jurang, dan melintasi perkampungan dan perladangan masyarakat di kedua nagari.

Sering terjadi, ketika arus kendaraan masuk ke jalur alternatif tersebut, untuk menghindari macet di jalan nasional, malah terjebak macet pula di kampung warga lereng Gunung Singgalang tersebut.

“Jalan alternatif yang dilintasi saat ini tak memadai lagi. Harus ada pelebaran jalan dan penambahan jalan alternatif baru. Pagi ini saja sudah ramai arus kendaraan yang melintasi jalan alternatif ini,” sebut Mirzal Ismail, salah seorang pemuka masyarakat Kotolaweh, Senin (18/6).

Menurutnya, saat ini sedang dibangun jalan alternatif baru yang cukup lebar. Mencapai 10 meter. Melintas dari Jalan Batupanjang hingga Guguak Puti Saindu.

Selain masih jalan jalan, jalan baru itu juga masih butuh pembenahan. Misalnya, kata dia, pendakian dari Batang Aie Kalek ke arah Batupanjang masih terlalu tinggi.

Sudut tanjakan di kawasan itu, ujarnya, diperkirakan lebih dari 30 derajat, sementara sudut belokan di ruas itu masih kecil dan pendek.

Artinya, tambah Mirzal, perlu perbaikan besar dengan menurunkan lagi elevasi jalan dari atas dan menimbun dari bawah, jembatan diapungkan.

“Ini sangat bisa, karena jembatan konstruksinya dari baja Aramco dan mungkin perlu ditambah lebarnya. Mohon bapak-bapak yang berwenang di kabupaten bisa menanggapi. Khusus untuk jalan alternatif yang sudah dilintasi saat ini harus segera diperlebar. Kalau arus transportasi sudah lebar, transportasi akan lancar. Ujung-ujungnya ekonomi masyarakat akan meningkat,” katanya.

Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Surya Eka Priana, juga melihat perlunya pelebaran jalan alternatif yang ada saat ini, ditambah dengan menambah jalan alternatif baru.