Lebih dari 20 Jenis Penyakit Menular Dapat Ditransmisikan Lewat Darah atau Cairan Tubuh

Prof Dr.dr. Evy Yunihastuti

JAKARTA – Pentingnya vaksinasi dan profilaksis untuk perlindungan tenaga kerja kesehatan di Indonesia. Pandemi Covid-19 yang baru saja berlalu menyisakan banyak pengalaman untuk masyarakat.

Rekomendasi ini disampaikan oleh seorang Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Alergi Imunologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr.dr. Evy Yunihastuti SpPD, K-AI FINASIM, di Salemba, Jakarta, Sabtu (8/7/2023).

“Pada awal pandemi, banyak nakes yang gugur karena Covid-19 dan sampai dengan Maret 2023, tercatat 2172 meninggal. Keadaan berubah ketika Januari 2021, Pemerintah memulai program vansinasi Covid-19 dengan prioritas pertama pada nakes,” ujar Prof. Evy.

Menurut Prof. Evy, vaksinasi yang tadinya hanya dikenal untuk anak-anak, mulai dikenal masyarakat untuk orang dewasa. Masyarakat juga mulai mengenal istilah seperti vaksin primer, vaksin booster, herd immunity, Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), dan yang paling populer adalah aplikasi “Peduli Lindungi”.

Prof. Evy mengatakan, kejadian ini merupakan suatu percepatan pembelajaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan adanya upaya vaksinasi dewasa. Dengan program vaksin Covid-19, Indonesia kini mempunyai puluhan ribu vaksinator terlatih.

Selain Covid-19, Prof. Evy menambahkan bahwa nakes berisiko lebih tinggi tertular infeksi, tidak hanya penularan lewat udara seperti influenza dan tuberkulosis, tetapi juga melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lewat pajanan perkutan. Lebih dari 20 jenis penyakit menular dapat ditransmisikan lewat darah atau cairan tubuh.

Risiko tertinggi adalah tertusuk jarum atau benda tajam yang disebut pajanan perkutan. Risiko tertular HIV setelah pajanan perkutan adalah 0,3% dan pajanan melalui mukosa 0,03% per kejadian. Risiko tertular virus hepatitis C (VHC) setelah pajanan perkutan adalah 1,8%, virus hepatitis B (VHB) sebesar 6 hingga 30%.

“Pandemi Covid-19 mengingatkan kita tentang keselamatan nakes. Walaupun tidak cukup terdengar gaungnya, World Health Organization (WHO) sebenarnya menetapkan tahun 2021 lalu sebagai The International Year of Health and Care Workers dengan tema “Protect, Invest, Together”, nakes perlu mendapat proteksi terhadap berbagai penyakit menular lain lewat vaksinasi, seperti hepatitis B, Influenza, tetanus atau mendapat profilaksis, seperti terapi pencegahan tuberculosis,” kata wanita kelahiran Jakarta ini.

Pengalaman dari vaksinasi Covid-19 menunjukkan Indonesia mampu melakukan vaksinasi serial berskala nasional. Capaian vaksinasi nakes sangat tinggi hingga vaksin booster Covid-19.

Peran Presiden sebagai contoh orang pertama yang divaksin dan pemerintah yang menjadikan nakes sebagai prioritas, menjadi faktor-faktor yang penting untuk nakes bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19.

“Semua hal baik yang kita pelajari selama pandemi Covid-19 dapat digunakan untuk Indonesia menjadi lebih baik, termasuk menjaga kesehatan para nakes. Platform big data nakes, seharusnya dapat dimanfaatkan, demikian juga dengan puluhan ribu vaksinator yang sudah dilatih.

Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), Komite Ahli Penanggulangan Hepatitis, Diare, dan Saluran Pencernaan, serta Satgas Imunisasi Dewasa (PAPDI) pada tahun 2022 sudah membuat kajian dan rekomendasi untuk vaksinasi hepatitis B secara bertahap pada nakes, namun saat ini perlu menunggu implementasinya,” Tandas Prof. Evy Yunihastuti, mengakhiri perbincangan. (Edi-Jkt)