Padang  

Lagi, Elpiji Nonsubsidi Naik

Bright gas. (visioner)

PADANG—Tepat dua bulan dua hari setelah kenaikan harga pada 25 Desember 2021, terhitung Minggu (27/2) harga elpiji nonsubsidi kembali mengalami peningkatan. Satu kilogram elpiji non subsidi dipatok dengan harga Rp15.500.

Dihimpun dari berbagai sumber, pascapenetapan tersebut harga elpiji 5,5 kg di Sumatera Barat akan berkisar Rp93.500,-. Sedangkan satu tabung elpiji 12 kg dibandrol seharga Rp193.000,-. Namun, diperkirakan harga jual akan bervariasi pada 19 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. Terutama dipengaruhi jarak daerah dari pusat kota.

Harga jual elpiji nonsubdisi termahal di Indonesia diperkirakan akan ditemukan di Papua Barat. Untuk tabung 5,5 kg diperkirakan akan bisa diperoleh seharga Rp153 ribu. Selanjutnya, pelanggan elpiji 12 kg harus mengeluarkan uang setidaknya sebabanyak Rp324.600,-.

Sebelumnya, Sabtu (25/12/2021) harga juga elpiji non subsidi telah mengalami kenaikan sebesar 15 persen dibandingkan harga sebelumnya. Untuk Kota Padang rata-rata terjadi kenaikan harga Rp15 ribu untuk tabung 5,5 kg. Sedangkan, elpiji 12 kg waktu naik rata-rata Rp30 ribu dibandingkan sebelumnya.

Kembali naiknya harga elpiji non subsidi tersebut disayangkan beberapa warga yang mengetahui. Mereka menganggap kenaikan harga sangat tidak pas di tengah kondisi yang serba susah saat ini.

“Kita heran dengan kenaikan harga yang sering terjadi ini. Hidup telah susah, malah semakin susah,” kata Rahmi, warga Padang, Minggu (27/2).

Keluhan yang tidak jauh berbeda disampaikan Desma, ibu rumah tangga lain. Ia merasa telah tersesat di jalan yang salah. Sebelumnya, ia mengaku menggunakan gas melon. Sering ada himbauan untuk pindah ke gas nonsubsidi, karena gas melon hanya diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu.

“Saya merasa masuk jebakan betmen. Kalau-kalau sering harga elpiji non subsidi ini naik saya juga akan terjerembab secara ekonomi,” Desma, mengeluh.

Joni, salah satu pedagang eceran gas, turut menyayangkan kenaikan harga. Pasalnya, kenaikan dilakukan mendadak dan tidak banyak anggota masyarakat yang mengetahui.

“Terkadang masyarakat berprasangka kita yang pandai-pandai saja menaikkan harga. Padahal kita hanya perpanjangan tangan saja dalam menjual,” kata bapak tiga anak itu. (Hirval)