Agam  

Gara Gara Berita Singgalang, Kuping Bupati Gustiar Agus “Panas” Langsung Perintahkan Pindah Ke Lubuk Basung

Oleh :M Khudri (Wartawan Senior)

LUBUK BASUNG .- Awal tahun 1990 beberapa orang wartawan Agam di Lubuk Basung yang masih bergabung dengan organisasi perpanjangan PWI Sumbar Balai Wartawan (BW) Rohana Kudus Bukittinggi menjadi saksi sejarah bahkan pelaku sejarah kepindahan ibu kabupaten Agam dari Bukittingi ke Lubuk Basung, termasuk penulis yang baru 3 tahun menjadi wartawan.

Penulis mulai menjadi wartawan di Surat Kabar Harian Singgalang Januari tahun 1990 sampai sekarang. Dibawah binaan Lukman (68) satu satunya wartawan Singgalang di Lubuk Basung ketika itu, saya yang juga sebagai guru di SMA Negeri Lubuk Basung cukup serius mengikuti perkembangan daerah termasuk isu kepindahan ibu kabupaten Agam.

Rencana pindah dari Bukittinggi ke Lubuk Basung sudah digagas sejak tahun 1980 han oleh bupati M. Nur Syafei yang dilanjutkan pembahasannya oleh DPRD ketika Pj.bupati Anwardin, bahkan ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur seperti kantor bupati dan beberapa kantor dinas di areal tanah yang diserahkan ninik mamak Lubuk Basung di Padang Pusaro seluas 38 hektar.

Alasan memindahkan ibu kabupaten dari Bukittinggi tentu saja karena Bukittinggi adalah Kota Madya yang memiliki administratif sendiri, sementara pemerintahan Agam “menumpang” dengan pemerintahan kota.

Disisi lain walaupun sering disebut ungkapan Bukittinggi Koto Rang Agam, namun disisi administrasi pemerintahan Bukittinggi tidaklah “dimiliki” oleh pemerintahan Agam. Selain itu alasan kepindahan tentu saja kebutuhan pembangunan, pengembangan wilayah dan kebutuhan layanan masyarakat secara keseluruhan.

Demikianlah, pemerintahan Sumatera Barat dibawah Gubernur Hasan Basri Duri serius menyikapi isu kepindahan itu. Ketika bupati Agam Kol (Inf) Gustiar Agus dilantik oleh Gubernur Hasan Basri Durin, Gubernur perintahkan Bupati Gustiar untuk pindah kantor dari Bukittinggi ke Lubuk Basung dan itu menjadi salah satu tugas utama bupati Gustiar.

Perintah Gubernur itu bukan tidak ber alasan, selain masyarakat Lubuk Basung sudah siap menerima kepindahan, infrastruktur utama untuk menjalankan roda pemerintahan sudah siap, termasuk perumahan pegawai di Talago yang dibangun oleh PT Sinar Waluyo.

Kondisi inilah yang dicermati oleh wartawan di Agam termasuk penulis. Harian Singgalang dan beberapa media lainnya seperti Harian Haluan, Semangat dan Mingguan Canang intensif memberitakan isu kepindahan termasuk komentar komentar warga.

Beberapa tulisan penulis di Singgalang bahkan sempat membuat “panas” kuping Bupati Gustiar Agus diantaranya dua tulisan penulis yang membuat bupati bergerak cepat di awal tahun 1993, dengan judul yaitu Kantor Bupati Sudah Jadi Kandang Ternak dan Perumahan Talago Sudah Jadi Rimba.

Itu tidak berita hoax, kantor bupati yang sudah beberapa tahun selesai dibangun, tak langsung ditempati akhirnya ditumbuhi semak dan rumput sehingga menjadi sumber makanan ternak sapi warga. Sementara Perumahan Talago, mulai pula tak terurus karena belum juga ditempati.

Berita koran waktu menjadi salah satu referensi bagi pemerintah termasuk di Agam. Bupati Gustiar termasuk yang sensitif dengan pemberitaan, terutama berita kritis. Kabag Humas Suhermanto Raza, sering pucat pucat wajahnya membaca berita dan lebih pucat lagi ketika dipanggil bupati karena berita koran pagi.

Salah satu pengamalan Suhermanto di gas bupati karena berita penulis halaman 1 di Harian Singgalang tentang pemotongan gaji guru untuk acara HUT PGRI.

Demikianlah informasi beredar, menyusul berita Singgalang itu, bupati mengumpulkan seluruh pegawai Pemda Agam dan menyampaikan perintah pindah ke Lubuk Basung. Tidak hitung bulan, hanya satu pekan setelah perintah itu, secara De Facto tanggal Senin 19 Juli 1993, hari pertama upacara bendera di halaman kantor bupati dengan inspektur upacara bupati Agam Kol. H.Gustiar Agus.

Hari ini, genap 30 Tahun Lubuk Basung jadi ibu kabupaten Agam. Upacara peringatan digelar dan wartawan yang menjadi saksi dan pelaku sejarah mendapat penghargaan, sebagai salah satu dari wartawan itu penulis mengucapkan terima kasih. Ini indikasi Pemda Agam mengakui peran pers, media dalam pembangunan.